MERAIH SUKSES BELAJAR
Bersama surat
Al-“Alaq ayat 1-5
Islam adalah agama yang sangat
peduli akan kemajuan para pemeluknya dengan menganjurkan selalu berfikir ke depan
dan mengambil pelajaran( ‘Ibroh) setiap peristiwa
yang terjadi dalam kehidupan ini bahkan Isalm mengkatagorikan orang yang cerdas adalah
orang yang bisa belajar dimana pun ia berada dan kapan pun selama kaki masih
bisa menginjak bumi tanpa harus
mengenal faktor usia, ekonomi atau
status sosial sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur’an, fa’tabiruu yaa ulil abshar(QS Al-Hasyr:2)atau
diungkapkan ’IBRATALLI ULIL ALBAAB (QS Yusuf:111
)yang artinya kemajuan atau pretasi
bisa dimiliki oleh siapapun, karena konteks ayat tersebut bersifat umum, apalagi
jika orang tersebut adalah seorang
muslim yang memang lebih dijamin kemajuannya oleh Allah. Allah SWT menurunkan surat yang pertama kali
adalah Al-Alaq ayat 1-5.Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari surat
ini untuk kita jadikan panduan dalam menggapai kesuksesan, diantara panduan
tersebut adalah:
1. Berdasarkan turunnya
surat Al-Alaq ayat 1- 5 mengingatkan kepada kita bahwa kesempatan
belajar tidak hanya diberikan untuk orang-orang yang memiliki kemampuan baca dan tulis atau orang-orang
yang sukses secara akademisi bahkan Nabi
Shallahu’alahiWassalam adalah Ummi ( tidak bisa baca dan tulis)akan tetapi bisa
sukses dan kesuksesannya diakui oleh
semua kalangan dunia, hal ini membuktikan bahwa belajar bisa melaui
nalar(hafalan ), pengalaman atau bahkan
penelitian dan seterusnya.
2. Jadikan rutinitas membaca
itu sebagai bagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu Wat’alaa, yang memacu kita untuk memiliki visi dan misi yang
besar untuk meraih kesuksesan tidak
hanya terbatas pada kesuksesan duniawi tapi juga kesuksesan ukhrowi, Islam
membolehkan kita untuk memiliki mimpi
besar bukan hayalan belaka, ada pepatah mengatakan: Kun Himmatuka fits tsuroyya
wala takun Himmatuka fil ardhi s sulfa(Gantungkanlah cita-citamu diatas bintang
kejora dan janganlah kau kau jadikan cita-citamu di dasar bumi paling bawah).
Di sisi lain surat ini diawali dengak kata Iqra’ (bacalah) bukan Utlu( baca dan
fahamilah) yang maksudnya Allah memberikan standar tugas dan pekerjaan terendah
untuk masalah pemberian pahala kepada hamba-hambanya bahwa dengan membaca
saja sudah merupakan bagian dari ibadah yang
dibalas oleh Allah SWT, bagaimana jika
standarnya pemahaman? Tentu sangat sulit bagi kita menjalaninya, tidak sukses
di dunia begitupula di akhirat, wal’iyadzubillah.Begitu juga dalam ayat pertama ini Allah menggandeng
perintah baca dengan kata” menyebut nama Tuhanmu” yang maksudnya segala
sesuatu harus diniatkan Ibadah apalagi dalam urusan belajar.
3. Ayat ini berlaku kepada semua manusia dan lebih khusus kaum muslimin agar
senantiasa rajin membaca , menela’ah dan meneliti( kritis) terhadap segala sesuatu baik yang sudah diketahui atau pun belum
diketahui, oleh karena itu konteks ayat ini diawali dalam bentuk amr ( perintah
aktif) secara berulang-ulang yang
maksudnya adalah bahwa dalam urusan belajar untuk lebih aktif dan
proaktif. Hal ini senada dengan hadist Rasulullah Sallalahu ‘alaihi wasallam:”
menuntu ilmu itu wajib bagi setiap muslim” bahkan dalam redaksi lain
Rasulullah sallalahu’alaihi wsallam bersabda: Tuntutlah ilmu dari buwayan
hingga liang lahad” . konsep hadis
ini ternyata sudah dipraktekan oleh beberapa keluarga muslim salah
satunya keluaraga Muhammad Husein
Tababa’I yang hafal dan faham Al-Quran dalam usia tujuh tahun dan mendapat
gelar Doctor cilik di London yang di tulis dalam sebuah buku dan bukunya
pun menjadi best seller, dari kisahnya ternyata selama hamil ibunya selalu
membaca dan belajar Al-Quran yang
akhirnya Allah mudahkan bagi anaknya
menjadi penghafal dan faham Al-Quran. Orang-orang
barat pun tidak mau ketinggalan khususnya yahudi mereka mengutip konsep ini
dengan mensetting anak-anaknya yang masih dalam kandungan untuk menjadi ahli dalam bidang tertentu,
matematika misalnya dengan membiasakan ibu dan bapaknya mengerjakan soal
matematik selama bayi mereka masih dalam kandungan dan terbukti bahwa mereka
lebih maju ketimbang kaum muslim yang mengalami krisis belajar yang drastis.
4. Ayat ini mengingatkan kepada kaum muslim untuk memiliki ta’alluq
qawiyy billah( keterkaitan yang kuat kepada Allah) dalam meraih sebuah
kesuksesan , karena berapa banyak diantara kita meyakini sebuah kesuksesan ternyata gagal, atau
sebaliknya ada diantara kita yang merasa akan gagal tapi tidak jadi gagal karena kepasrahan
yang tinggi (tawakkal ) setelah berusaha secara maksimal. Belajarlah dari para
salafusholeh bagaimana mereka menempatkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari dengan menyerahkan kesuksesan hanyalah hak
preogatif Allah Subhanahu wat’alaa
sementara manusia hanyalah sebatas usaha dan ikhtiyar,namun demikian
Allah tidak akan pernah berbuat zalim kepada siapa pun makhluknya di muka bumi
ini dengan memberikan kesuksesan sesuai dengan usaha dan ikhtiar masing-masing.
Dalam buku ‘Alamul Muhadditsin yang
dikarang oleh Muhammad Abu Syuhbah mengatakan bahwa Imam Bukhori pernah bangun dua puluh kali dalam satu malam
setiap kali ide itu muncul dan terlintas dalam pikirannya, ia nyalahkan lampu
terlebih dahulu, sholat dua rakaat lalu ia tuangkan idenya dalam sebuah buku
lalu ia matikan lagi dan tidur kembali,
ia lakukan hal ini secara
berulang-ulang. Bagaimana dengan kita? Bahkan beliau pernah berkata:
Tidaklah aku menulis suatu hadis kecuali jika perawinya mengatakan iman itu
meliputi perkatan dan perbuatan”.berarti tidaklah ia meriwayatkan satu
hadis kecuali ia tahu betul bahwa perawi hadis tersebut sudah mengamalkan
hadist yang diriwayatkannya.
5. Ayat ini menggugah
manusia melalu proses berfikir dengan menyadari adanya keterbatasan manusia
dalam menggapai ilmu Allah dan jangan sekali-kali merasa paling hebat apalagi
sombong karena sesungguhnya konsep dasar
seorang yang berilmu, semakin tinggi ilmunya semakin ia takut kepada
Tuhannya( QS AFathir :28) ibarat padi semakin tinggi pohonnya samakin ia
merunduk sebagai tanda ketawadhuannya.Belajarlah dari sikap Rasulullah ketika
berhasil menaklukan kota Mekkah (Fathu mekkah)
dengan gemilang tanpa melaui proses peperangan,ia memasuki kota Mekkah
di atas kudanya dengan menundukan kepalanya bahkan diceritakan hampir- hampir
janggutnya menyentuh pelana kudanya karena merasa kesuksesan yang ia raih hanyalah
semata-mata pertolongan Allah SWT, Oleh karena itu ayat ini juga menggugah kita
dengan cara meneliti jati diri manusia itu sendiri dimana Allah
menggambarkan proses penciptaan manusia dengan menggunakan kata “alaq bukan nutfah, sementara secara prosedur
harusnya melalui proes nutfah baru ‘Alaq, Hal in membuktikan kelemahan manusia
dalam proses tersebut dimana manusia
hanya bisa mengamati proses penciptaan perkembangan tanpa bisa mengendalikannya,
secara ilmiah alaq ini terjadi pada hari
ketujuh yang baru terbentuk dua lapisan
yang sangat melekat ( Hipoblas dan Epiblas). Hipoblas difungsikan untuk
mendapat suplai makanan melalui tali
pusat sedangkan epiblas merupakan cikal
bakal terbentuknya organ-organ tubuh manusia.
6. Ayat ini pula mengingatkan kepada kita bahwa manusia berasal
dari sesuatu yang hina, akan tetapi kehinaan itu tidak akan berlansung lama jika hidupnya dibekali dengan iman dan
ilmu sebagaimana Allah berfirman dalam
surat al-mujadilah yang artinya: Allah mengangkat derajat orang
yang ebriman dinatara kamu dan orang-orang yang ber ilmu dengan beberapa derajat
( QS
Al-Mujadilah :11). Oleh karena itu pada surat
ini khsusnya pada ayat keempat Allah mengunakan salah satu sifatnya dengan ungkapan Akram yang artinya Maha Mulia, Maha dermawan maksudnya adalah bahwa
orang-orang yang memepelajari Ilmu Allah
maka secara otomatis Allah pun akan memudahkan pemahaman ilmuNya dan memuliakan derajat orang-orang
yang memepelajari ilmuNYa, sebagaimana dalam sebuah doa yang selalu kita
ucapkan bahkan anak-anak kita disekolah” Robbi Zidni ‘Ilma Warzuqni
Fahma” Ya Allah tambahkanlah ilmuku dan berilah aku rirzki pemahaman”.
7. Salah satu cara untuk memperkuat ilmu adalah dengan
menulisnya,sebagaimana diungkapkan dalam
ayat kelima dengan ungkapan Al-Qolam yang merupakan salah satu alat
tulis bahkan ada satu surat yang di namakan al-Qalam yang menandakan bahwa
tulis menulis merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran oleh karena
itu Rasulullah Sallalahu ‘alaihi wassalam meskipun Ummi tidak lantas kehabisan
ide dalam mencatat wahyu-wahyu yang
allah turunkan kepadanya dengan ia memerintahkan beberapa sahabat untuk menjadi
juru tulisnya seperti Zaid bin harist, Ali bin abi Thalib, Mus’ab bin Umair dan
sahabat lainnya.Hal ini senada dengan
sebuah pepatah: Ilmu pengetahuan adalah laksana binatang buruan dan
penulisnya adalah tali pengikat buruan olehkarena itu ikatlah buruanmu dengan
tali yang teguh.
KEUTAMAAN ORANG
YANG BERILMU
Imam Abdul Barr menyebutkan
keistimewaan orang yang menuntut ilmu dalam bukunya” Jami’ Bayanil “ilmi Wa
fadhlih” sebagai berikut:
1.
Pasif income yang tidak pernah terputus sebagaimana dalam sebuah
hadis Rasulullah Saw bersabda: Jika anak Adam meninggal maka
terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal: shodakoh jariyyah, atau ilmu yang
bermanfaat,atau anak sholeh yang
mendoakan orang tua.( HR Imam Muslim )
2.
Derajatnya akan dinaikan
dengan bebarap tingkatan seabagaimana diungkapkan dalam ( QS Al-MUjadalah: 11 )dengan
ungkapan nakirah dan jama’ “ darjaat” yang artinya derajat yang
Allah berikan dengan jumlah yang tidak terbatas apalagi jika ilmu
tersebut disertai keimanan baik didunia maupun akhirat.
3.
Seluruh penduduk langit dan
bumi selalu mendoakan orang yang belajar tanpa ia sadari, dalam sebuah hadis
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah dan malaikatnya,penduduk
langit dan bumi hingga semut yang ada di lubangnya,dan ikan-ikan yang ada di
lautan selalu mendoakan orang-orang yang belajar/mengajar suatu ilmu kebaikan. Dalam
redaksi yang lain Rasulullah bersabda: Sesungguhnya para malaikat
merentangkan sayapnya untuk mengayomi para penuntut imu karena senang dengan
apa yang dilakukan hamba tersebut.(HR Ad-Dinawary )
4.
Bisnis yang selalu
menguntungkan, kalau ada sebuah bisnis dengan system MLM (multi level
marketing)maka ilmu merupakan bagian
dari bisnis tersebut yang keuntungannya bisa dinikmati secara berantai dengan
merugikan pihak mana pun.Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang
mengajarkan kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala yang
mengerjakannya tanpa dikurangi sedikit pun.(HR Imam Muslim )
5.
Sesuatu yang boleh
dijadikan sebagai ajang persaingan ( iri
/Ghibthoh )Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh dengki kecuali dua hal : orang
yang diangurahi harta lalu ia keluarkan
seluruh hartanya untuk kebenaran, orang yang berilmu ia amalkan ilmunya
lau ia ajarkan kepada orang lain.(HR
Bikhori Muslim)
6.
Kualitas ibadah orang yang
berilmu lebih baik daripada orang yang ibadah tanpa ilmu.Rasulullah SAW
bersabda: Sesungguhnya keutamaan
orang yang berilmu diatas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan
purnama diatas bintang-bintang, sesungguhnya ulama adalah pewaris para
nabi yang mana para nabi tidak
mewariskan harta tapi mewariskan ilmu kepada para umatnya.
KESIMPULAN
Olehkarena itu marilah kita tajdidun niyyah
(perbaharui niat ) kembali bahwa sesungguhnya kegagalan kita atau bahkan anak
kita dalam belajar dikarenakan belum mengikuti panduan metode belajar yang di
sebutkan dalam QS al-‘Alaq ayat 1-5, atau pun untuk saudara-saudara kita yang
sudah berhasil secara akademisi untuk
segera menyadari bahwa kesuksesannya adalah tidak lebih dari peranan dan
kehendak Allah SWT agar kesuksesan tersebut bisa bertahan lama dalam kehidupan
kita. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Hj. Ayanih Ismail,MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar