Jumat, 06 Januari 2012

MERAIH SUKSES BELAJAR
Bersama surat Al-“Alaq ayat 1-5

Islam adalah agama yang sangat peduli akan kemajuan para pemeluknya  dengan menganjurkan selalu berfikir ke depan dan mengambil pelajaran( ‘Ibroh) setiap  peristiwa  yang terjadi dalam kehidupan ini bahkan Isalm  mengkatagorikan orang yang cerdas adalah orang yang bisa belajar dimana pun ia berada dan kapan pun selama kaki masih bisa menginjak bumi  tanpa harus mengenal  faktor usia, ekonomi atau status sosial sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur’an,  fa’tabiruu yaa ulil abshar(QS Al-Hasyr:2)atau diungkapkan ’IBRATALLI ULIL ALBAAB (QS  Yusuf:111 )yang  artinya kemajuan atau pretasi bisa dimiliki oleh siapapun, karena konteks ayat tersebut bersifat umum, apalagi jika orang tersebut adalah seorang  muslim yang memang lebih dijamin kemajuannya oleh Allah.  Allah SWT menurunkan surat yang pertama kali adalah Al-Alaq ayat 1-5.Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari surat ini untuk kita jadikan panduan dalam menggapai kesuksesan, diantara panduan tersebut adalah:
1.       Berdasarkan turunnya  surat Al-Alaq ayat 1- 5 mengingatkan kepada kita bahwa kesempatan belajar tidak hanya diberikan untuk orang-orang yang memiliki  kemampuan baca dan tulis atau orang-orang yang sukses secara akademisi bahkan  Nabi Shallahu’alahiWassalam adalah Ummi ( tidak bisa baca dan tulis)akan tetapi bisa sukses  dan kesuksesannya diakui oleh semua kalangan dunia, hal ini membuktikan bahwa belajar bisa melaui nalar(hafalan ), pengalaman  atau bahkan penelitian dan seterusnya.
2.        Jadikan rutinitas membaca itu sebagai bagian dari ibadah kepada Allah Subhanahu Wat’alaa, yang  memacu kita untuk memiliki visi dan misi yang besar  untuk meraih kesuksesan tidak hanya terbatas pada kesuksesan duniawi tapi juga kesuksesan ukhrowi, Islam membolehkan kita  untuk memiliki mimpi besar bukan hayalan belaka, ada pepatah mengatakan: Kun Himmatuka fits tsuroyya wala takun Himmatuka fil ardhi s sulfa(Gantungkanlah cita-citamu diatas bintang kejora dan janganlah kau kau jadikan cita-citamu di dasar bumi paling bawah). Di sisi lain surat ini diawali dengak kata Iqra’ (bacalah) bukan Utlu( baca dan fahamilah) yang maksudnya Allah memberikan standar tugas dan pekerjaan terendah untuk masalah pemberian pahala kepada hamba-hambanya bahwa dengan membaca saja  sudah  merupakan bagian dari ibadah yang dibalas  oleh Allah SWT, bagaimana jika standarnya pemahaman? Tentu sangat sulit bagi kita menjalaninya, tidak sukses di dunia begitupula di akhirat, wal’iyadzubillah.Begitu juga  dalam ayat pertama ini Allah menggandeng perintah baca dengan kata” menyebut nama Tuhanmu” yang maksudnya segala sesuatu harus diniatkan Ibadah apalagi dalam urusan belajar.
3.       Ayat ini berlaku kepada semua manusia  dan lebih khusus kaum muslimin agar senantiasa rajin membaca , menela’ah dan meneliti( kritis)  terhadap segala sesuatu  baik yang sudah diketahui atau pun belum diketahui, oleh karena itu konteks ayat ini diawali dalam bentuk amr ( perintah aktif) secara berulang-ulang yang  maksudnya adalah bahwa dalam urusan belajar untuk lebih aktif dan proaktif. Hal ini senada dengan hadist Rasulullah Sallalahu ‘alaihi wasallam:” menuntu ilmu itu wajib bagi setiap muslim” bahkan dalam redaksi lain Rasulullah sallalahu’alaihi wsallam bersabda: Tuntutlah ilmu dari buwayan hingga liang lahad” . konsep hadis  ini ternyata sudah dipraktekan oleh beberapa keluarga muslim salah satunya keluaraga  Muhammad Husein Tababa’I yang hafal dan faham Al-Quran dalam usia tujuh tahun dan mendapat gelar Doctor cilik di London  yang di tulis dalam sebuah buku dan bukunya pun menjadi best seller, dari kisahnya ternyata selama hamil ibunya selalu membaca dan belajar Al-Quran  yang akhirnya Allah mudahkan  bagi anaknya menjadi penghafal  dan faham Al-Quran. Orang-orang barat pun tidak mau ketinggalan  khususnya yahudi mereka mengutip konsep ini dengan  mensetting   anak-anaknya yang masih dalam kandungan  untuk menjadi ahli dalam bidang tertentu, matematika misalnya dengan membiasakan ibu dan bapaknya mengerjakan soal matematik selama bayi mereka masih dalam kandungan dan terbukti bahwa mereka lebih maju ketimbang kaum muslim yang mengalami krisis belajar yang drastis.
4.       Ayat ini mengingatkan kepada kaum muslim untuk memiliki ta’alluq qawiyy billah( keterkaitan yang kuat kepada Allah) dalam meraih sebuah kesuksesan , karena berapa banyak diantara kita meyakini  sebuah kesuksesan ternyata gagal, atau sebaliknya ada diantara kita yang merasa akan  gagal tapi tidak jadi gagal karena kepasrahan yang tinggi (tawakkal ) setelah berusaha secara maksimal. Belajarlah dari para salafusholeh bagaimana mereka menempatkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari  dengan menyerahkan kesuksesan hanyalah hak preogatif Allah Subhanahu wat’alaa  sementara manusia hanyalah sebatas usaha dan ikhtiyar,namun demikian Allah tidak akan pernah berbuat zalim kepada siapa pun makhluknya di muka bumi ini dengan memberikan kesuksesan sesuai dengan usaha dan ikhtiar masing-masing. Dalam buku  ‘Alamul Muhadditsin yang dikarang oleh Muhammad Abu Syuhbah mengatakan bahwa Imam Bukhori  pernah bangun dua puluh kali dalam satu malam setiap kali ide itu muncul dan terlintas dalam pikirannya, ia nyalahkan lampu terlebih dahulu, sholat dua rakaat lalu ia tuangkan idenya dalam sebuah buku lalu ia matikan lagi dan tidur  kembali, ia lakukan  hal ini secara berulang-ulang. Bagaimana dengan kita? Bahkan beliau pernah berkata: Tidaklah aku menulis suatu hadis kecuali jika perawinya mengatakan iman itu meliputi perkatan dan perbuatan”.berarti tidaklah ia meriwayatkan satu hadis kecuali ia  tahu betul bahwa  perawi hadis tersebut sudah mengamalkan hadist yang diriwayatkannya.
5.        Ayat ini menggugah manusia melalu proses berfikir dengan menyadari adanya keterbatasan manusia dalam menggapai ilmu Allah dan jangan sekali-kali merasa paling hebat apalagi sombong karena sesungguhnya konsep dasar  seorang yang berilmu, semakin tinggi ilmunya semakin ia takut kepada Tuhannya( QS AFathir :28) ibarat padi semakin tinggi pohonnya samakin ia merunduk sebagai tanda ketawadhuannya.Belajarlah dari sikap Rasulullah ketika berhasil menaklukan kota Mekkah (Fathu mekkah)  dengan gemilang tanpa melaui proses peperangan,ia memasuki kota Mekkah di atas kudanya dengan menundukan kepalanya bahkan diceritakan hampir- hampir janggutnya menyentuh pelana kudanya karena merasa kesuksesan yang ia raih hanyalah semata-mata pertolongan Allah SWT, Oleh karena itu ayat ini juga menggugah kita dengan  cara meneliti jati diri  manusia itu sendiri dimana Allah menggambarkan  proses  penciptaan manusia  dengan menggunakan kata “alaq  bukan nutfah, sementara secara prosedur harusnya melalui proes nutfah baru ‘Alaq, Hal in membuktikan kelemahan manusia dalam proses tersebut  dimana manusia hanya bisa mengamati proses penciptaan perkembangan tanpa bisa mengendalikannya, secara ilmiah alaq ini terjadi  pada hari ketujuh  yang baru terbentuk dua lapisan yang sangat melekat ( Hipoblas dan Epiblas). Hipoblas difungsikan untuk mendapat suplai  makanan melalui tali pusat  sedangkan epiblas merupakan cikal bakal terbentuknya organ-organ tubuh manusia.
6.       Ayat ini pula mengingatkan kepada kita bahwa manusia berasal dari sesuatu yang hina, akan tetapi kehinaan itu tidak akan berlansung  lama jika hidupnya dibekali dengan iman dan ilmu sebagaimana Allah berfirman dalam  surat al-mujadilah yang artinya: Allah mengangkat derajat orang yang ebriman dinatara kamu dan orang-orang yang ber ilmu dengan beberapa derajat
( QS Al-Mujadilah :11). Oleh karena itu  pada surat ini khsusnya pada ayat keempat Allah mengunakan salah satu  sifatnya dengan ungkapan  Akram yang artinya Maha  Mulia, Maha dermawan maksudnya adalah bahwa orang-orang yang memepelajari  Ilmu Allah maka secara otomatis Allah pun akan memudahkan pemahaman  ilmuNya dan  memuliakan derajat  orang-orang  yang memepelajari ilmuNYa, sebagaimana dalam sebuah doa yang selalu kita ucapkan bahkan anak-anak kita disekolah” Robbi Zidni ‘Ilma Warzuqni Fahma” Ya Allah tambahkanlah ilmuku dan berilah aku rirzki pemahaman”.
7.       Salah satu cara untuk memperkuat ilmu adalah dengan menulisnya,sebagaimana diungkapkan dalam  ayat kelima dengan ungkapan Al-Qolam yang merupakan salah satu alat tulis bahkan ada satu surat yang di namakan al-Qalam yang menandakan bahwa tulis menulis merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran oleh karena itu Rasulullah Sallalahu ‘alaihi wassalam meskipun Ummi tidak lantas kehabisan ide dalam mencatat wahyu-wahyu  yang allah turunkan kepadanya dengan ia memerintahkan beberapa sahabat untuk menjadi juru tulisnya seperti Zaid bin harist, Ali bin abi Thalib, Mus’ab bin Umair dan sahabat lainnya.Hal ini senada dengan  sebuah pepatah: Ilmu pengetahuan adalah laksana binatang buruan dan penulisnya adalah tali pengikat buruan olehkarena itu ikatlah buruanmu dengan tali yang teguh.

KEUTAMAAN ORANG YANG BERILMU
                Imam Abdul Barr menyebutkan keistimewaan orang yang menuntut ilmu dalam bukunya” Jami’ Bayanil “ilmi Wa fadhlih” sebagai berikut:
1.       Pasif income yang  tidak pernah terputus sebagaimana dalam sebuah hadis  Rasulullah Saw  bersabda: Jika anak Adam meninggal maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga hal: shodakoh jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat,atau anak sholeh yang  mendoakan orang tua.( HR Imam Muslim )
2.       Derajatnya akan dinaikan dengan bebarap tingkatan seabagaimana diungkapkan  dalam ( QS Al-MUjadalah: 11 )dengan ungkapan  nakirah dan jama’  “ darjaat” yang artinya derajat  yang  Allah berikan dengan jumlah yang tidak terbatas apalagi jika ilmu tersebut disertai keimanan baik didunia maupun akhirat.
3.       Seluruh penduduk langit dan bumi selalu mendoakan orang yang belajar tanpa ia sadari, dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah dan malaikatnya,penduduk langit dan bumi hingga semut yang ada di lubangnya,dan ikan-ikan yang ada di lautan selalu mendoakan orang-orang yang belajar/mengajar suatu ilmu kebaikan.  Dalam  redaksi yang lain Rasulullah bersabda: Sesungguhnya para malaikat merentangkan sayapnya untuk mengayomi para penuntut imu karena senang dengan apa yang dilakukan hamba tersebut.(HR Ad-Dinawary  )
4.       Bisnis yang selalu menguntungkan, kalau ada sebuah bisnis dengan system MLM (multi level marketing)maka ilmu  merupakan bagian dari bisnis tersebut yang keuntungannya bisa dinikmati secara berantai dengan merugikan pihak mana pun.Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang mengajarkan kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikit pun.(HR Imam Muslim )
5.       Sesuatu yang boleh dijadikan sebagai  ajang persaingan ( iri /Ghibthoh )Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh dengki kecuali dua hal : orang yang diangurahi harta lalu ia keluarkan  seluruh hartanya untuk kebenaran, orang yang berilmu ia amalkan ilmunya lau ia ajarkan kepada orang lain.(HR  Bikhori Muslim)
6.       Kualitas ibadah orang yang berilmu lebih baik daripada orang yang ibadah tanpa ilmu.Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya  keutamaan orang yang berilmu diatas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama diatas bintang-bintang, sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi  yang mana para nabi tidak mewariskan harta tapi mewariskan ilmu kepada para umatnya.




KESIMPULAN
Olehkarena itu marilah kita tajdidun niyyah (perbaharui niat ) kembali bahwa sesungguhnya kegagalan kita atau bahkan anak kita dalam belajar dikarenakan belum mengikuti panduan metode belajar yang di sebutkan dalam QS al-‘Alaq ayat 1-5, atau pun untuk saudara-saudara kita yang sudah berhasil secara akademisi  untuk segera menyadari bahwa kesuksesannya adalah tidak lebih dari peranan dan kehendak Allah SWT agar kesuksesan tersebut bisa bertahan lama dalam kehidupan kita. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Hj. Ayanih Ismail,MA

  







Tidak ada komentar:

Posting Komentar