Sabtu, 31 Maret 2012


Surat Keberatan Arif Munandar kepada Era Muslim


Surat tanggapan pembaca dari Rifatul Farida
rifatulfarida@gmail.com, dimuat di (semoga tidak dihapus linknya) http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/pks-dan-eramuslim-antara-kecintaan-dan-keprihatinan.htm
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat teriring salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Sebelumnya saya mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Namun, sungguh saya berharap ini akan menjadi perhatian dari teman-teman yang berada di redaksi eramuslim, tentang ketidak-nyamanan saya (yang bisa sangat mungkin mewakili yang lain) tentang beberapa ‘gaya’ eramuslim dalam memberitakan hal-hal yang berkaitan dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Kenapa tentang PKS saja padahal bukan hanya PKS isi berita yang berada di eramuslim? Karena, saya adalah seorang muslimah dari sekian banyak muslimah dan muslim yang hingga saat ini masih merasakan kebaikan hidup berjamaah dalam beramar ma’ruf dengan PKS dan melihat begitu banyak kebaikan dalam tubuh PKS yang setiap kapan saja (dibutuhkan) menebar di bumi pertiwi melalui jutaan tangan-tangan kadernya. Dan tentu saja dalam hal ini saya menempatkan diri sebagai pembaca berita PKS.

Sudah saya singgung di awal tulisan, tentang ketidak-nyamanan saya dengan beberapa ‘gaya’ teman-teman redaksi dalam menyampaikan berita (ataupun barangkali analisa) untuk PKS. Sebagai contoh adalah berita beberapa waktu yang lalu, yang judulnya cukup membuat saya tercenung setelah saya selesai membaca isi beritanya “PKS Berubah Menjadi Partai Pengejar Jabatan Publik” Maaf, bukankah kalau dilihat dari isi beritanya, bisa dikatakan judul itu mengandung unsur provokatif? Karena seolah ingin menggiring opini publik dengan judul pemvonisan yang “menarik” ini, sementara judul tidak berbanding lurus dengan isi berita.

Mari kita cek bersama tidak “berbanding lurusnya” judul berita dengan isi berita di link eramuslim sendirihttp://www.eramuslim.com/berita/nasional/pks-berubah-menjadi-partai-pengejar-jabatan-publik.htm Kalau kita lihat isi berita, justru dominisasinya tentang langkah-langkah (kalau tidak mau dikatakan harapan) ke depan untuk PKS.

Belum selesai ketercenungan saya, eramuslim sudah menerbitkan berita baru tentang PKS dengan judul yang seolah mengokohkan judul-judul berita sebelumnya ( Arief Munandar : “PKS Bingung dengan identitasnya Sendiri” — http://www.eramuslim.com/berita/bincang/arif-munandar-otokritik-terhadap-pks.htm ), yang akhirnya saya berpikir untuk membuat surat ‘cinta’ ini ke teman-teman redaksi. Sebab, jika diam menjadi pembiaran, semoga dengan menulis menghentikan, syukur-syukur menggerakkan dan mengubah.

Jika di contoh berita pertama yang saya soroti adalah ketidak-mecingan antara judul berita dan isi berita, maka di contoh berita kedua tentang “kekuatan opini judul yang ingin dibangun” serta karakter judul yang lebih pada kearah destruktif dari pada konstruktif.

Belum lagi di kolom analisa dan editorial yang sering didapati bertaburan kata-kata bermakna spekulasi, memotensialkan tertanamnya benih fitnah pada lahan subur yang (sangat mungkin) dengan cepat tumbuh dihati para pembaca eramuslim, sebagai (yang katanya menjadi?) media Islam online dengan pembaca terbanyak saat ini ketimbang media-media online Islam lainnya di Indonesia.

Namun penyebutan kedua kolom itu sebatas selingan penting yang perlu saya sisipkan. Karena yang saya fokuskan disini bukan pada isi berita, tapi pada pemilihan judul. Sebab bila saya lebih fokus ke isi berita, dapat dipastikan akan menjadi perdebatan panjang, yang bagi saya saat ini hanya memubadzirkan waktu dan tenaga, serta mengganggu proses pembejaran saya dalam mentolelir hal-hal yang berbeda (tentu pada hal yang masih bisa ditolelir) dan bekerjasama pada hal-hal yang menyatukan dan atau disepakti.

Kembali pada pemberian judul, dengan rasa yang didasari oleh adanya sebuah niat baik menyampaikan, maka saya katakan, agar kiranya eramuslim bisa ‘bermain’ lebih elegan.

Mari kita bicarakan tentang (harapan ummat) pada media Islam. Yang tidak hanya diharapkan menjadi media penyeimbang tapi media dengan isi-isi berita yang berdampak konstruktif. Ya, berdampak konstruktif meski isi beritanya negatif. Dan hal ini terletak pada kepiawaian orang-orang berada di dalam redaksi media tersebut. Atau dengan bahasa langsung saya katakan, “Teman-teman yang ada di redaksi eramuslim, Andalah sutradara informasi”.

Mengkritisi, mengabarkan hal-hal yang memang layak dikabarkan dan aktivitas lazim lainnya dalam dunia media masa, bukanlah hal yang dilarang. Namun, sebagai media Islam yang diharapkan memberikan dampak konstruktif, menjadi sebuah keniscayaan memiliki formula berbeda, sehingga dengan berita dan analisa yang ada, menjadi berfungsi sebagai vitamin, anti bodi bahkan penguat, bukan malah penjangkit virus di tubuh ummat. Dan formula itu berbahan dasar ukhuwah, semangat untuk (berusaha) tidak menyakiti siapapun dan kelompok Islam manapun (yang kemudian menjadi pertimbangan pemilihan kata dan karakter berita —termasuk judul berita—meski beritanya pahit, tapi penyajiannya manis) dan tentu saja persatuan ummat, yang masih bisa dikorelasikan dengan sebab, berita ‘pahit’ namun penyajian ‘manis’.

Dan akhirnya, Eramuslim.com, sebagai salah satu media Islam online (terbesar di Indonesia?), yang diharapkan lewat peranannya menjadi media yang tidak hanya sebatas menginformasikan dan mengkritisi, tapi juga mengkonstruksi (pemikiran) ummat lebih dewasa dan lebih baik tanpa harus meninggalkan semangat persatuan semua kelompok Islam yang berada di tubuh Ummat ini, semoga termaknai menjadi harapan indah yang melesatkan optimisme ke jantung hati para aktivis dakwah. Jika kata “menyatukan ummat” saat ini kita rasakan sebatas slogan yang masih berada di ‘awang-awang’, setidaknya harapannya adalah, eramuslim bisa mendampingkan antar kelompok Islam yang ada agar tidak saling meledek, menghujat dan mencaci. Ya, meminimalisir (jika tidak bisa mencegah) agar tidak saling meledek, menghujat dan mencaci, sifat dan akhlaq yang tidak pernah kita dapati pada sebaik-sebaik qudwah, Muhammad SAW. Menyadarkan kembali sebuah pemahaman, jika saling mendukung tidak bisa dilakukan, setidaknya jangan saling menjegal.

Dan sepertinya, bukanlah harapan yang berlebihan jika disandarkan pada media Islam yang menisbatkan dirinya sebgai “Media Islam Rujukan” untuk mengakomodir juga berita-berita (beserta analisa-analisanya, mungkin) kelompok Islam (atau partai Islam) selain PKS dengan formula tadi. Minimal jika porsinya tidak sebanyak PKS, setidaknya ada jatah porsi mereka secara berkesinambungan.
Wallahu’alam bishawab.
Wa’alaikumsalam Wr. Wb.
***
Rifatul Farida
rifatulfarida@gmail.com
/rf_ Jika diam menjadi pembiaran, semoga dengan menulis menghentikan, syukur-syukur menggerakkan dan merubah.

Tanggapan Redaksi

Wa'alaikumsalam warahamtullahi wabarakatuh
Jazakillah ukhtiy atas kritikan dan masukannya. Terkait dua artikel yang saudari katakan tersebut, judul artikel memang kami ambil dari pernyataan bapak Arief Munandar, kami memiliki rekaman wawancaranya, silahkan datang dan kami akan perdengarkan, atau silahkan konfirmasi langsung dengan bapak Arief Munandar. Syukron.
Wassalam.

dam inilah tanggapan Dr. Arief Munandar, ME. dimuat di http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/surat-keberatan-arif-munandar.htm

Depok, 26 Juli 2011
Kepada Yth.
Redaksi www.eramuslim.com
di Jakarta
Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Segala puji bagi Allah, Rabb sekalian alam. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas diri Rasulullah SAW.

Melalui surat ini saya menyampaikan pernyataan keberatan atas pemuatan potongan-potongan Disertasi untuk memperoleh gelar Doktor di bidang Sosiologi yang saya pertahankan dalam Sidang Akademik Terbuka Universitas Indonesia pada tanggal 5 Juli 2011 yang lalu di www.eramuslim.com. Sejauh yang saya ingat, setelah sidang berlangsung saya diwawancarai oleh seorang wartawan eramuslim, namun saya tidak pernah dimintai ijin, maupun konfirmasi, untuk memuat Disertasi saya di Eramuslim. Beberapa hari kemudian saya memang dihubungi via SMS oleh Bapak Mashadi (Pemred Eramuslim) untuk meminta soft-copy ringkasan Disertasi saya untuk Eramuslim. Dan saya merespon dengan menanyakan alamat email untuk mengirimkan soft-copy tersebut. Namun sampai saat ini saya belum pernah mengrimkan soft-copy yang dimaksud karena saya berniat untuk melakukan konfirmasi terlebih dahulu tentang tujuan dan teknis pemuatannya. 

Namun hal tersebut tertunda, dan belum saya lakukan hingga saat ini, karena saya mendapatkan kabar bahwa beliau mengalami kecelakaan lalu lintas dan dirawat di Rumah Sakit. Yang lebih fatal lagi, sesungguhnya hingga saat ini pihak Eramuslim belum memiliki versi lengkap dari Disertasi saya. Dengan demikian, besar kemungkinan bahan-bahan tersebut diambil dari Ringkasan Disertasi saya yang dibagikan pada saat Sidang Akademik.

Surat pernyataan keberatan ini terhitung terlambat saya sampaikan karena saya bukan pembaca setia Eramuslim. Saya hanya sempat membaca selintas wawancara saya. Itu tidak saya persoalkan, karena memang yang dimuat adalah jawaban-jawaban saya atas pertanyaan wartawan Eramuslim. 

Walaupun sesungguhnya saya keberatan dengan judul wawancara tersebut, “Arif Munandar: PKS Bingung dengan Identitasnya Sendiri”, karena tanpa penjelasan yang memadai judul itu sangat mungkin dipersepsikan negatif oleh pembaca. Namun kembali, yang lebih serius bagi saya adalah pemuatan potongan-potongan Disertasi saya di bawah beberapa judul, seperti “Arif Munandar: Faksionalisasi dalam PKS”, “Disertasi PKS Kembali ke Asholah”, “PKS Berubah menjadi Partai Pengejar Jabatan Publik”, dan “Ada Problem di dalam Tubuh PKS”. Saya baru mengetahui hal itu malam hari tanggal 26 Juli 2011 ketika ada seorang teman menelpon dan mengatakan bahwa yang ada di Eramuslim bukan hanya wawancara, namun juga potongan-potongan Disertasi saya.

Sebagaimana kita pahami bersama bahwa Disertasi adalah karya akademik yang tidak dipublikasikan. Hak pemublikasiannya sepenuhnya berada di tangan penulis. Sejauh ini saya hanya memberikan ijin tertulis pemublikasian Disertasi saya kepada Universitas Indonesia, sebagaimana layaknya karya akhir yang ditulis oleh mahasiswa UI. Sementara itu, “produk turunan” Disertasi saya, seperti Ringkasan Disertasi, baik berupa buku yang dibagikan kepada audiens Sidang Akademik Promosi Doktor saya, maupun berupa orasi ilmiah yang saya sampaikan pada sidang tersebut adalah naskah akademik yang diperuntukkan bagi forum akademik dimaksud. Dengan demikian, saya berkeyakinan bahwa Eramuslim tidak selayaknya mempublikasikan bagian-bagian dari Disertasi maupun Ringkasan Disertasi saya tanpa seizin saya sebagai penulis.

Lebih lanjut, pemahaman pembaca terhadap karya akademik seperti Disertasi hanya akan diperoleh ketika permasalahan dan pertanyaan penelitian, kerangka teoretik, data temuan, analisis, implikasi teoretik, kesimpulan, dan rekomendasi tersaji secara utuh. Sebaliknya, penyajian sebagian-sebagian, apalagi ditempatkan dalam kerangka tertentu dan disandingkan dengan opini wartawan/redaksi Eramuslim, akan mengundang persepsi dan pemahaman yang salah, menyimpang dari tujuan penelitian Disertasi saya, dan membawa dampak yang merugikan saya sebagai peneliti. Sebagai contoh, judul “PKS Berubah menjadi Partai Pengejar Jabatan Publik” sangat tendensius, dan saya sangat memahami jika hal tersebut menyinggung sebagian kader PKS. Padahal sesungguhnya dalam Disertasi saya hal tersebut adalah bagian kecil di mana saya sedang berupaya menempatkan PKS dalam tipologi partai politik berdasarkan orientasinya, yaitu the policy seeking party, the vote seeking party, dan the office seeking party (Wolinetz, 2002). Dengan kata lain, saya sedang mengkontekstualisasikan teori Wolinetz tersebut untuk membaca dinamika PK/PKS dari Pemilu 1999 ke 2004 dan 2009.

Oleh karenanya, melalui surat ini saya ingin menegaskan kepada para pembaca Eramuslim bahwa apa yang disajikan oleh Eramuslim pada tanggal 5 Juli 2011 di bawah judul-judul, “Arif Munandar: Faksionalisasi dalam PKS”, “Disertasi PKS Kembali ke Asholah”, “PKS Berubah menjadi Partai Pengejar Jabatan Publik”, dan “Ada Problem di dalam Tubuh PKS” sepenuhnya adalah persepsi redaksi Eramuslim terhadap Disertasi saya, dan bukan Disertasi itu sendiri. Di samping itu, saya meminta Eramuslim menghapus artikel-artikel tersebut dari arsip yang terdapat di website www.eramuslim.com. Selain itu, saya juga menyampaikan permohonan maaf kepada institusi PKS dan para kader PKS yang terganggu oleh artikel-artikel tersebut.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Atas perhatian redaksi dan pembaca Eramuslim, saya ucapkan terimakasih.
Wassalaamu’alaikum wr. wb.
Dr. Arief Munandar, ME.

 DAMPAK ITTIBA'UL HAWA

Dampak nya terhadap para aktifis dakwah.

a.   Berkurang bahkan hilangnya ketaatan jiwa.

Allah tidak menjadikan dua hati dlam diri manusia, maka tidak mngkin menyatu antara taat kepada Allah dengan ketaatan kepada hawa nafsu.

a.           Hati menjadi sakit, kemudian mengeras dan mati.

Sesngghnya seorang mukmin jika berbuat dosa terjadilah bintik hitam di dalam hatinya, jika beratubat, mencabut dan meminta ampun,  bersihlah hatinya, jika dosanya bertambah bertambahlah bintik hitamnya, sehingga menutupi hatinya.

b.                     Meremehkan dosa dan pelanggaran.

Seorang mukmin melihat dosanya, bagaikan orang yang duduk di bawah gunung, yang dikhawatirkan menjathinya. Sedangkan ornag yang durhaka, melihat dosanya, bagaikan lalat yang terbang di depannya..

c.          Nasihat dan arahan tidak ada gunanya.

Orang yang mengikuti hawa nafsunya menjadi budak nafsunya. Dengan demikian ia tidak mungkin menerima dan mendapatkan manfaat dari nasihat dan bimbingan. Tidak ada baiknya suatu kaum jika mereka tidak saling menasihati.
"Jika mereka tidak menyambutmu. Ketahuilah bahwa mereka itu mengikuti hawa nafsu mereka."

d.        Bid'ah

Karena pengikut hawa nafsu cenderung memperhatikan eksistensi diri sendiri, ia tidak rela terhadap manhaj
Allah untuk merealisasikan kecenderungan tersebut. Maka tidak ada cara lain kecuali mencari manhaj yang sesuai dengan hawa nafsunya. Hammad bin Salamah berkata, "Syaikh mereka yang bertaubat, yakni Rafidhah bercerita kepadaku, 'Dulu jika kami berkumpul, kami mencari sesuatu yang bagus lalu kami jadikann hadits."
Bid'ah itu tersesat dan tersesat di neraka.

e.          Tersesat dari jalan yang lurus

Sebab orang yang mengikuti hawa nafsu berpaling dari sumber hidayah dan taufiq. Maka dari mana ia mendapatkan taufiq menuju jalan yang lurus.(Al-Jatsiyah: 23)

b.    Menyesatkan orang lain dari jalan yang benar

Bahasa hawa nafsu tidak hanya menimpa pengikutnya. Tapi juga menimpa orang lain
وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ
Dan sesngghnya banyak manusia yang menyesatkan dengan hawa nafsu mereka tanpa ilmu.
h.Masuk neraka sejelek-jelek tempat.
  فَأَمَّا مَنْ طَغَى(37) وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(3
Adapun orang yang melampaui batas, dan mementingkan kehidupan dunia, maka sesungguhnya neraka jahim tempatnya.

Dampak-dampak Ittibaul hawa terhadap amal islami.

1.        Lemah bahkan hilangnya dukungan masayarkat pendukung.
Ketika amal islami dihinggapi orang yang mengikuti hawa nafsu, maka masyarakat akan kehilangan qudwah dan akan berdampak kepada hilangnya dkungan umat.

2.         Pecah atau robeknya kesatuan shof.
Mereka yang mengikuti hawa nafsu dalam barisan amal islami akan mengarah kepada pembangkangan terhadap qiyadah, hal ini akan menjadi smber perpecahan.

3.        Tidak mendapatkan dkngan dan pertolongan Allah.
Pertolongan Allah hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berhak saja. Ahli maksiat tidak akan mendapatkan pertolongan Allah.

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوْا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ 

Orang-orang yang kami kokohkan di tas bmi ini, mereka yang menegakkan sholat, mennaikan zakat, menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada kemnkaran.
Ingatlah pesan umar terhadap Saad bin Abi Waqqos ketika akan berjihad di iraq : "Wahai Saad, janganlah engkau  terpukau dengan sebutan fulan paman Roslllah atau sahabatnya, karena Allah tidak akan menghapus maksiat denagn maksiat, namun Allah hanya akan menghapus kemaksiatan dengan amal salih. Dan sesungghnya tidak ada di antara Allah dan siapa pun karena pertimbangan nasab keculai dengan ketaatan. Manusia di sisi Allah yang berpangkat dan yang tidak, adalah sama.
Dalam surat yang ditulisnya kepada Saad dan pasukannya beliau menulis : "Sesungguhnya aku menyuruhmu dan pasukan yang bersamamu dengan taqwa kepada Allah, karena taqwa kepada Allah sebaik-baik bekal dalam menghadapi musuh, dan strategi yang paling jitu dalam menghadapi musuh. Aku perintahkan kepadamu dan orang yang bersamamu agar lebih waspada terhadap maksiat dari pada musuh,  karena dosa pasukan lebih menakutkan dari pada musuh itu sendiri. Dan sesunggiuhnya umat islam itu hanya akan menang karena maksiat yang dilakukan oleh musuh.,  kalau bukan karena itu kita tidak mngkin kuat…..



5.    SOLUSI MENGATASI ITTIBAUL HAWA.
·              Mengingat akibat-akibat  Ittibaul Hawa baik kepada aktifis dakwah atau kepada kerja dakwah itu sendiri.
·              Memutuskan diri dari pergaulan kalangan Ash habul Hawa, dan bergaul dengan orang-orang yang salih.
·              Mengenal Allah dengan pengenalan sesungguhnya.
·              Memperhatikan ash habul hawa, dengan nasihat, atau menampakkan contoh yang baik di hadapan mereka.
·              Mengikaji sejarah orang yang mengikuti hawa nafsu, baik dari umat ini atau umat yang lain.
·              Mengkaji sejarah orang-orang yang  telah bermujahadah mengatasi hawa nafsunya.
·              Mengingatkan ancaman terhadap orang yang cenderung kepada dunia.
·              Meminta pertolongan penuh kepada Allah.
·              Melakukan mujahadah dan pemaksaan berlepas diri dari hawa nafsu.
·              Mengingatkan bahwa ketenangan, kkebahagian dan kesuksesan, hanya terdapat di dalam mengikuti apa yang disyariatkan, bukan dalam mengikuti hawa nafsu.



Senin, 26 Maret 2012


Ittiba'ul Hawa  ( Mengikuti Hawa Nafsu )

 Penyakit yang kesembilan yang menimpa sebagian aktifis dakwah ; adalah mengikuti Ittiba'ul hawa ( Mengikuti hawa nafsu ). Agar jiwa kita tetap bersih dan terhindar dari penyakit ini, maka kita harus mendalamin kajian ini dengan pembahasan sebagai berikut ; terdapat lima point pembahasan yang harus kita fahami ;
1. Difinisi Ittiba'ul Hawa .
Secara etimologi memmiliki 3 makna : a. Kecendrungan jiwa terhadap apa yang  diinginkan. B. Keinginan jiwa terhadap apa yang dicintai . C. Kecintaan jiwa terhadap sesuatu dan telah menguasai hatinya. D. Kecintaan terhadap sesuatu secara berlebihan dan tertanam dalam hati. Dan tidaklah disebut kata Hawa dalam al Qur'an kecuali konotasinya negatif
 Sedangkan menurut Istilah : Tindakan mngikuti apa saja yang diinginkan dan disenangi jiwa. 
Difinisi lain mengatakan : Tindakan mengikuti tuntutan emosi tanpa mempertimbangkan akal atau kembali kepada syar'I atau mempertimbangkan akibatnya.
2. Hakikat  Ittiba'ul Hawa dalam timbangan islam 
 فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا 
Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu untuk tidak berbuat adil ( Annisa   : 135 )
 وَلَا تَتَّبِعْ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
Dan janganlah mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkannmu dari jalan Allah. ( Shood : 26 ) Untuk lebih lengkapnya periksa surat AN Najam : 3dan 4. An Naazi'at : 40. Al A'rof 176. Al Qosos : 50. Sedangkan dari hadits :
الكيّس من دان نفسه ، وعمل لما بعد الموت ، والعاجز من اتبع نفسه هواها وتمنى على الله 
Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengefaluasi dirinya, dan berbuat untuk persiapan setalah kematian. Dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan menginginkan pahala dari Allah ( HR Atturmudzi )


3. Sebab-sebab Ittiba'ul hawa


a. Tidak terbiasa mengendalikan hawa nafsu sejak kecil.


Syaikh Muhammad Qutb mengatakan dalam kitabnya Manhaj Tarbiyah:"Seorang ibu yang selalu menyusui bayinya setiap kali menangis, agar diam, atau karena dia tidak tahan mendengar tangisannya, akan berdampak negative bagi bayinya, karena tidak dapat membantunya dalam mengendalikan keinginannya, dan tidak membiasakannya dari sejak kecilnya sehingga tidak terbiasa di masa besarnya.
Jihad fi sabilillah adalah ibadah yang sangat membutuhkan kebiasaan mengendalikan diri, seseorang tidak mungkin dapat berjihad jika dirinya tidak melatih kebiasaan mengendalikan diri.
Sikap disiplin pada diri manusia tergantung pada pembiasaan dan latihan, semakin banyak ia melatih di masa kecilnya, semakin mampu melakukannya dan lebih besar meresapnya, sehingga meresap dalam dirinya.


b. Bergaul  akrab dengan orang-orang yang suka mengikuti hawa nafsu.
seorang salaf  Abu Qollabah mengatakan :
لا تجالسوا أهل الأهواء ، ولا تجادلوهم ، فإنّي لا آمن أن يغمسوكم في ضلالتهم ، أو يلبسوا عليكم ما كنتم تعرفون
Janganlah engkau bergaul dengan orang-orang yang suka mengikuti hawa nafsu, dan jangan berdiskusi dengan mereka,karena sesungguhnya aku tidak yakin mereka tidak akan menjerumuskan kamu ke dalam kesesatan mereka, atau mencampur aduk apa sudah kalian ketahui.
Al Hasan Basri dan Ibnu Sirin juga mengatkan :
" ولا تجالسوا أصحاب الأهواء ولا تجادلوهم ، ولا تسمعوا منهم
Dan janganlah kalian bergaul dengan orang-orang yang suka mengikuti hawa nafsu dan jangan berdiskusi dengan mereka, dan jangan mau mendengar dari mreka.


c.Lemah ma'rifahnya kepada Allah dan negeri akhirat.


وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ
Dan mereka tidak  menghargai Allah dengan penghargaan yang semestinya. ( QS : 6 : 91 )
Pemahaman dari ayat ini; bahwa ketika manusia sudah tidak lagi menghargai Allah, maka dia akan berbuat apa saja, mengikuti hawa nafsunya tanpa perduli, apakah yang dilakukan itu diridloi Allah atau tidak, membinasakan dirinya atau tidak. Sikap  seperti inilah yang akan menyesatkan manusia.


d. Kelalaian orang-orang sekitarnya yang tidak menunaikan tugas mengingatkan terhadap Shohibul Hawa 
Logikanya adalah ketika orang yang terbiasa mengikuti hawa nafsunya melihat orang-orang yang disekelilingnya membiarkan dirinya melakukan apa saja, ia mengira bahwa apa yang dilakukan adalah baik, hal ini berdampak, menjadi dirinya semakin menjadi-jadi dalam kemunkarannya, bahkan merasuk kedalam hatinya dan mewarnai seluruh tindakannya. Inilah rahasia mengapa Islam sangat menganjurkan untuk menghidupkan amal dakwah. Begitu juga tindakan Rosulullah kepada tiga sahabat yang tidak ikut perang Tabuk, adalah agar berfungsi sebagai peringatan bahwa apa yang mereka lakukan adalah tindakan yang tidak diridloi Allah dan RosulNya.


e. Cinta dunia dan cenderung kepadanya serta melupakan akhirat  
         Kecintaan terhadap dunia lah yang menyebabkan manusia selalu termotifasi dengan cepat melakukan tindakan-tindakan yang negative dan melanggar hokum Allah. Allah mengancam orang-orang yang bersikap seperti ini dalam ayatnya.             
الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ(7) أُوْلَئِكَ مَأْوَاهُمْ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(8)
Orang-orang yang tidak mengharapkanperjumpaan dengan kami dan rela dengan kehidupan dunia dan terhadap ayat-ayat Allah lengah, mereka tempatnya di neraka, sebagai balasan terhadap apa yang telah merka lakukan. ( QS : 10 :7,8 ) 


f. Tidak mengetahui dampak-dampak yang terjadi akibat Ittibaul hawa.
Inilah yang menjadi rahasia dari pada karakter syariat islam yang selalu menjelaskan dampak setiap pelanggaran amal, agar manusia berfikir setiap kali melaakukan pelanggaran.




Referensi Belajar Mandiri


NO NAMA KITAB PENGARANG KETERANGAN
1 Madarij as-Salikin Ibnul Qayyim Sudah diterjemah
2 Ihya' Ulum adalah-Diin Imam Ghazali Sudah diterjemah
3 Jami' al-'Ulum wa al-Hikam Ibnu Rajab Belum diterjemah
4 Zad al-Ma'adalah Ibnul Qayyim Sudah diterjemah

Sabtu, 17 Maret 2012


Sesekali  waktu ingatlah masa - masa indah itu !
Niscahya ia akan menambah Motifasi hidup dan Cinta.










Minggu, 04 Maret 2012


Fatwa Syaikh Abdullah bin Jibrin [1] Tentang Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthb

Soal:
Segelintir pemuda mengelompokkan Sayyid Quthb dan Hasan Al-Banna sebagai ahli bid’ah berikut melarang membaca buku-buku mereka, serta menuduh beberapa ulama lainnya sebagai penganut faham khawarij. Alasan mereka melakukan itu semua adalah dalam rangka menjelaskan kesalahan kepada masyarakat, sedang status mereka sendiri masih sebagai para penuntut ilmu. Saya sangat mengharapkan jawaban yang dapat menghilangkan keragu-raguan dan kebingungan saya mengenai hal ini.

Jawab:
Segala puji bagi Allah semata …
Menggelari orang lain sebagai mubtadi’ (pelaku bid’ah) atau fasik (pelaku dosa besar) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan atas umat Islam, karena Rasulullah bersabda:
{مَنْ قَالَ لأَخِيْهِ يَا عَدُوَّ اللهِ وَلَيْسَ كَذلِكَ حَارَ عَلَيْهِ} (رواه مسلم).
“Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya: “Wahai musuh Allah”, sedang kenyataannya tidak seperti itu, maka ucapannya itu menimpa dirinya sendiri.” (HR. Muslim).
{مَنْ كَفَّرَ مُسْلِماً فَقَدْ بَاءَ بِهِمَا أَحَدُهُمَا} (رواه البخاري ومسلم).
“Barangsiapa yang mengkafirkan seorang muslim, maka ucapan itu tepat adanya pada salah satu di antara keduanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
{… أَنَّ رَجُلاً مَرَّ بِرَجُلٍ وَهُوَ يَعْمَلُ ذَنْباً فَقَالَ: وَاللهِ لاَ يَغْفِرُ اللهُ لَكَ . فَقَالَ: مَنْ ذَا الَّذِيْ يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنِّيْ لاَ أَغْفِرُ لِفُلاَنٍ ، إِنِّيْ غَفَرْتُ لَهُ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ} (رواه مسلم).
“… bahwa ada seseorang yang melihat orang lain melakukan dosa, lalu ia berkata kepadanya: ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu’. Maka Allah berfirman: ‘Siapakah gerangan yang bersumpah atas (Nama)Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuninya dan Aku gugurkan (pahala) amalmu’.” (HR. Muslim).
Kemudian saya ingin mengatakan bahwa Sayid Quthub dan Hasan Al-Banna termasuk para ulama dan tokoh dakwah Islam. Melalui dakwah mereka berdua, Allah telah memberi hidayah kepada ribuan manusia. Partisipasi dan andil dakwah mereka berdua tak mungkin diingkari. Itulah sebabnya, Syaikh Abdulaziz bin Baaz[2] mengajukan permohonan dengan nada yang lemah lembut kepada Presiden Mesir saat itu, Jamal Abdunnaser – semoga Allah membalasnya dengan ganjaran yang setimpal – untuk menarik kembali keputusannya menjatuhkan hukuman mati atas Sayid Quthub, meskipun pada akhirnya permohonan Syaikh Bin Baaz tersebut ditolak.
Setelah mereka berdua (Sayid Quthub dan Hasan Al-Banna) dibunuh, nama keduanya selalu disandangi sebutan “Asy-Syahid” karena mereka dibunuh dalam keadaan terzalimi dan teraniaya. Penyandangan sebutan “Asy-Syahid” tersebut diakui oleh seluruh lapisan masyarakat dan tersebarluaskan lewat media massa dan buku-buku tanpa adanya protes atau penolakan.
Buku-buku mereka berdua diterima oleh para ulama, dan Allah U memberikan manfaat – dengan dakwah mereka – kepada hamba-hambaNya, serta tak ada seorang pun yang telah melemparkan tuduhan kepada mereka berdua selama lebih dari duapuluh tahun. Bila ada kesalahan yang mereka lakukan, maka hal yang sama telah dilakukan oleh Imam Nawawi, Imam Suyuthi, Imam Ibnul Jauzi, Imam Ibnu ‘Athiyah, Imam Al-Khaththabi, Imam Al-Qasthalani, dan yang lainnya.
Saya telah membaca apa yang ditulis oleh Syaikh Rabie’ Al-Madkhali tentang bantahan terhadap Sayid Quthub, tapi saya melihat tulisannya itu sebagai contoh pemberian judul yang sama sekali jauh dari kenyataan yang benar. Karena itulah, tulisannya tersebut dibantah oleh Syaikh Bakr Abu Zaid[3] hafidzhahullah …
وَعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ وَلكِنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِي الْمَسَاوِيَ
Mata cinta
terasa letih memandang aib
Tapi mata murka
selalu menampakkan aib
Abdullah bin Abdurrahman bin Jibrin
26 Shafar 1417 H.
___
Catatan Kaki:
[1] Anggota Hai-ah Kibaril ‘Ulama (Majelis Ulama Saudi Arabia).
[2] Mantan Ketua Umum Hai-ah Kibaril ‘Ulama (Majelis Ulama Saudi Arabia) dan Mantan Ketua Umum Dewan Riset Ilmiah, Fatwa, Dakwah dan Bimbingan Islam Kerajaan Saudi Arabia, rahimahullah.
[3] Anggota Hai-ah Kibaril ‘Ulama (Majelis Ulama Saudi Arabia