Jumat, 30 Desember 2011


URGENSI MUHASSABAH

 “ Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan catatan amal perbuatan itu, Padahal mereka telah lupakannya. dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. QS. Al-Mujadilah [58]:6.


Apa itu Muhasabah ?

Menurut bahasa, muhasabah berasal dari bentuk kata kerja; haasaba yuhaasibu di ambil dari haasiba, hasibtusy-syaia, ahsibuhu husbaanan, dan hisaaban, artinya apabila engkau menghitungnya; hisab dan muhasabah artinya bila engkau menghitung sesuatu.


Menurut bahasa arti muhasabah sama dengan intropeksi, yaitu hadirnya sebuah kesadaran untuk melihat keadaan diri. Istilah yang lain adalah menghitung-hitung keburukan aib diri sendiri, merenunginya, dan terus mencoba melakukan perubahan sikap dan prilaku kearah yang lebih baik.


Umar Ibn Khatthab ra :“Hisablah dirimu sebelum kamu di hisab dan timbanglah amalmu sebelum kamu di timbang, karena sesungguhnya kamu melakukan hisab terhadap dirimu sendiri pada hari ini (dunia), akan lebih memudahkan bagi kamu saat menjalani hisab hari esok (akhirat)”. 
 

Imam Hasan Basyri : “Tidak ada satu haripun dimana sang pajar masih terbit menyingsing kecuali ia berkata; “Wahai anak Adam (manusia), aku adalah makhluk baru dan atas semua amalanmu menjadi saksi. Maka jadikanlah aku sebagai bekal. Sebab jika aku berlalu, aku tidak akan kembali lagi hingga hari kiamat”.


Imam Ja’far Bin Muhammad as-Shidiq :“Siapapun yang akhir dari dua hari yang di lewatinya buruk, maka ia adalah orang yang terkutuk. Siapapun yang tak melihat adanya pertambahan kebaikan dalam dirinya, maka ia adalah orang yang berkekurangan. Dan siapapun yang dirinya berkekurangan, maka kematian lebih baik dari pada kehidupan.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. AL Hasyr [59] : 18.


1.     Muhassabah ( introfeksi diri )

Sebagaimana pesan Sahabat Nabi Amirul Mukminin Umar bin Khottob :

" حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا "

" Evaluasilah (Hisablah) dirimu sebelum kalian dihisab dihadapan Allah kelak"

     2.     Muroqobah ( selalu merasa di awasi Allah )


الإحسان هو أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك"

artinya :“Ihsan adalah engkau senantiasa beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, kalau pun engkau belum bisa melihat-Nya, ketahuilah sesungguhnya Allah melihat kepadamu”.

3.     Mu’ahadah ( selalu mengingat perjanjian dengan Allah )

Setiap saat, setiap shalat kita seringkali bersumpah kepada Allah : إيّاك نعبد و إيّاك نستعين

“Hanya kepada-Mu-lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolong.

Kemudian kita berjanji ;  إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين

“Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Rabb semesta alam”.

172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi"…. QS. Al ‘Araf [7] ; 172.
 
    4.     Mu’aqobah ( member sangsi ketika lalai beribadah )

Meng ‘iqob diri jika lalai dalam melakukan ibadah dengan infaq dan hal-hal yang mendidik.

      5.     Mujahadah ( adanya kesungguhan dalan ibadah ).


69. dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada

mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. QS. Al-Zalzalah [99]: 6-8.
 
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). QS. Al-Baqarah [2];281

Wallahu’alam bishowaf.

Rabu, 28 Desember 2011


10 Nasehat Untuk Wanita


Nasehat adalah sebuah kejernihan yang sewajarnya hadir dalam kehidupan masyarakat Islam. Terkhusus bagi wanita muslimah yang hidup dijaman ini. Sapaan nasehat adalah penyejuk yang menyegarkan langkah dalam menuju ridha Yang Maha rahmah, Allah tabaraka ta'ala.

  1. Wanita muslimah meyakini bahwa Allah adalah Tuhannya, Muhammad adalah nabinya dan Islam adalah agamanya, dan menampakkan jejak keimanan dalam perkataan, amalan dan keyakinan. Maka ia selalu menjauhi murka Allah, takut akan pedihnya azab Allah dan balasan akibat menyelisihi perintah-Nya.
  2. Wanita muslimah selalu menjaga sholat-sholat wajibnya, berwudlu, menjaga kekhusyukan dan ketepatan waktu melaksanakan sholat. Janganlah menyibukkan diri dengan aktivitas yang lain ketika datang waktu sholat. Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat yang memalingkan dari ibadah kepada Allah. Ia pun menampakkan atsar (bekas) sholatnya dalam peri kehidupan , karena sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, sholat adalah penjaga terbesar dari kemaksiatan.
  3. Wanita muslimah selalu menjaga hijabnya (mengenakan jilbab) merasa mulia dengan hal tersebut dan dia tidak keluar dari rumah kecuali dalam kondisi berjilbab, dengan jilbab tersebut bertujuan agar Allah menjaganya. Ia pun bersyukur kepada Allah yang telah memuliakan, menjaga dan mengehendaki terjaganya kesuciannya dengan jilbab.

" Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu anak-anakmu dan wanita beriman agar mereka mengenakan jilbab-jilbab mereka."
(al ahzaab: 59)

  1. Wanita muslimah selalu mentaati suaminya, bersikap lembut, cinta, mengajaknya kepada kebaikan, menasehati dan menghibur suaminya. Ia tidak mengeraskan suara dan kasar dalam berbicara kepada suaminya. Rasulullah bersabda,

'apabila seorang wanita menjaga shalat lima waktunya, berpuasa di bulan ramadhan, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya niscaya ia akan masuk surga. (Hadis Shahih jami')

  1. Wanita muslimah senantiasa mendidik putranya untuk taat kepada Allah, mengajarinya dengan aqidah yang benar, menanamkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi maksiat dan akhlaq yang buruk, firman Allah,

'wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka'. (At tahrim: 6)

  1. Wanita muslimah tidak berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Sabda Rasulullah,

'barangsiapa wanita yang berdua-duaan dengan laki-laki, maka setan yang ke-3 nya'.

Dan wanita muslimah tidak bepergian jauh kecuali untuk keperluan yang tidak bisa ditinggalkan dan disertai mahram dengan berjilbab.

  1. Wanita muslimah tidak berpenampilan atau berdandan seperti kaum laki-laki. Sabda Rasulullah,

'Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.' (Hadis shahih)

Wanita muslimah juga tidak meniru orang-orang kafir dalam kekhususan dan kebiasaan mereka,

"barang siapa yang bertasyabuh (menyerupai) suatu kaum, maka ia termasuk golongan kaum tersebut" (hadis shahih)

  1. Wanita muslimah adalah da'iyah (orang yang berdakwah) dibarisan kaum wanita dengan menggunakan perkataan yang baik melalui jalan menziarahi tetangganya , menyambung persaudaraan, melalui telpon, memberikan buku-buku dan kaset-kaset Islam. Ia pun beramal dengan apa yang ia ucapkan dan bersemangat dalam menghindarkan diri dari adzab Allah,

'kalau Allah menghidayahi seseorang melalui perantara kamu maka hal tersebut lebih baik bagimu dari pada binatang ternak yang merah (harta dunia yang banyak). (HR. bukhari dan muslim).

  1. Wanita muslimah menjaga hatinya dari kerancuan dan hawa nafsu , menjaga pandangannya dari pandangan-pandangan yang haram, menjaga telinganya dari hal-hal yang melalaikan dari dzikrullah, ini semua yang dinamakan dengan taqwa,

'malulah terhadap Allah dengan sebenar-benarnya, barang siapa yang malu dengan sebenar-benarnya maka jagalah kepalanya dan apa yang ada didalamnya, dan jagalah perutnya serta yang ada didalamnya, ingatlah kematian dan musibah, barang siapa yang menghendaki akhirat hendaknya ia meninggalkan (tidak cinta) perhiasan-perhiasan dunia, barang siapa berbuat demikian niscaya sikap malunya kepada Allah benar. (Hadis Shahih Jami')

  1. Wanita muslimah tidak menyia-nyiakan waktu siang maupun malamnya untuk perbuatan yang tidak ada gunanya, atau melewatkan masa mudanya hilang dengan percuma,

'tinggalkanlah mereka yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan kesia-siaan'. (Al An'am: 70)

Allah berfirman tentang orang yang menyia-nyiakan umurnya ,

'alangkah meruginya diri kami dari apa yang telah kami tinggakkan' .
(Al An'am: 31)

Wahai muslimah laksanakanlah nasehat-nasehat ini niscaya engkau akan jaya di dunia dan di akhirat.

Waktu hidup sangatlah terbatas dan berharga. Namun pada kenyataan, kita sering melewatkan waktu yang sempit tadi, berlalu begitu saja tanpa makna. Ada yang mengibaratkan waktu sebagai sebilah pedang. kalau kita tidak gunakan untuk menebas maka kita lah yang akan ditebasnya. Hari-hari berlalu begitu cepatnya, detik, menit, jam hari, minggu, bulan dan seterusnya berlalu dengan cepatnya. Ia selalu bergerak dan tak mempedulikan orang yang ada di atasnya. Bila manusia tak peduli juga dan tidak turut bergerak niscaya ia akan tertinggal.

Apabila manusia turut bergerak menyertai waktu, maka mesti ia perhatikan apa aktivitas yang ia lakukan dalam mengikuti pergerakan waktu. Apakah aktivitas kebaikan ataukah sebaliknya. Kalau aktivitas jelek yang ia lakukan niscaya ia akan merugi dan bila kebaikan niscaya keuntunganlah yang akan ia raih. Kita pun mesti ingat bahwa setiap aktivitas tadi baik berupa perbuatan maupun perkataan ada yang mengawasi dan mencatat. Firman Allah

' apa-apa yang kamu ucapkan dari perkataan maka disisinya ada malaikat yang dekat dan selalu menyertai'.(Qof:18)

Kenyataan seperti ini tentu akan menggugah diri seorang insan beriman untuk melihat dan mengetahui amala kebaikan yang semestinya ia lakukan dalam bergerak bersama waktu

DELAPAN KADO TERINDAH



Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa
menghadiahkannya setiap saat, dan tak perlu membeli !
Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah
terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda
sayangi.


KEHADIRAN
Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang
tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir
dihadapannya lewat surat,telepon, foto atau faks.
Namun dengan berada disampingnya. Anda dan dia dapat
berbagi perasaan, perhatian , dan kasih sayang secara
lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas
kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai
pembawa kebahagian.
NB.: pantes ya.. setiap kali hari raya keagamaan,
orang selalu berbondong-bondong mudik...

MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab,
kebanyakan orang lebih
suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama
diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia
amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan.
Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan
perhatian pada segala ucapannya, secara taklangsung
kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan
hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda
dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap
utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu
menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia
menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan
yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi
atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan
terdengar manis baginya.

D I A M
Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan.
Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau
membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam
juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang
karenamemberinya " ruang". Terlebih jika sehari-hari
kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur,
mengkritik bahkan mengomeli.

KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak
penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang
bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang
jika kita selalu mengekangnya ? Memberi kebebasan
adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan
bukanlah, "Kau bebas berbuat semaumu." Lebih dalam
dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya
kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala
hal yang ia putuskan atau lakukan

KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi
tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ?
(eh..)Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado
lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap
hari ! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun
bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan
bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan
yang tertata indah, misalnya.

TANGGAPAN POSITIF
Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif
terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita
sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya
dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba
hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan
tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu
terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal
yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula,
pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima
kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf ), adalah
kado cinta yang sering terlupakan.

KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran.
Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Semestinya
Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta
dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan
itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap
memberikan kado " kesediaan mengalah". Okelah, Anda
mungkin kesal atau marah karena dia telat datang
memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali
itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang
berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah sudah dapat
melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari
bahwa tidak ada manusia yang sempurna didunia ini.

SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa.
Senyuman,terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa
menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat
dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan
obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan
isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling
kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman
manis pada orang yang dikasihi ?

URGENSI MUHASSABAH
 

“ Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah muanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa ang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan encatat) amal perbuatan itu, Padahal mereka telah lupakannya. dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu. QS. Al-Mujadilah [58]:6.

Apa itu Muhasabah
Menurut bahasa, muhasabah berasal dari bentuk kata kerja haasaba yuhaasibu di ambil dari haasiba, hasibtusy-syaia, ahsibuhu husbaanan, dan hisaaban, artinya apabila engkau menghitungnya; hisab dan muhasabah artinya bila engkau menghitung sesuatu.

Menurut bahasa arti muhasabah sama dengan intropeksi, yaitu hadirnya sebuah kesadaran untuk melihat keadaan diri. Istilah yang lain adalah menghitung-hitung keburukan aib diri sendiri, merenunginya, dan terus mencoba melakukan perubahan sikap dan prilaku kearah yang lebih baik.

Kenapa Kita Harus Bermuhasabah?
Sahabat, perjalanan hidup manusia melaju dengan cepat menuju Allah. Hendaklah kita selalu mengadakan perhitungan untung rugi (muhasabah) dari apa yang kita kerjakan. Sebab setiap gerak dari kehidupan kita tak satupun yang luput dari penglihatan Allah. Dalam menjalani kehidupan, betapa seringnya kita tertipu dan menipu diri sendiri, kita mengira bahwa kita diam, sedangkan waktu terus berjalan. Kita mengira telah berbuat baik, padahal ternyata hanyalah patamorgana. Hidup adalah perjalanan, meniti detik ke jam, menata hari ke pekan, melewati pekan menuju bulan. Dan akhirnya tahunpun berganti. Sebuah proses dalam mengisi ruang yang telah Allah sediakan
dan juga Allah tentukan. Dalam satu hari, perjalanan waktu menyisakan banyak peristiwa, dan setiap orang berbeda-beda dalam meninggalkan jejak. Ada yang meninggalkan jejak kebaikan dan tidak sedikit orang yang meninggalkan jejak keburukan. Setiap peristiwapun berbeda pula corak dan ragamnya, sesuai dengan jejak yang ditinggalkannya.

Beruntunglah orang yang telah menorehkan tinta kebaikan dan kemudian orang-orang sesudahnya mengikuti jejak kebaikannya. Ia bukan hanya mendapat tambahan pahala tetapi namanya tetap harum betapapun waktu telah berganti masa. Dan merugilah
orang yang meninggalkan jejak keburukan, karena ia bukan saja tidak mendapat tempat dihati manusia sesudahnya, tetapi juga tak mendapat kebahagiaan di akhiratnya.Maka dalam pergantian hari dan waktu yang terlewati amatlah rugi jika kita tidak mengingatnya kembali. Paling tidak jedalah sesat untuk memikirkan langkah berikut agar tidak terlalu banyak kesalahan berikutnya.

Intropeksilah sesaat sebelum melangkah dan sesaat setelah melangkah. Karena setiap langkah yang terayun, setiap hari yang terlewat dan setiap nafas yang menghembus kelak Allah akan di mintai pertanggung jawaban di akhirat. Allah berfirman:

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?.Qs.Al-Qiyamah [75];36 Dalam ayat dan surah yang lain Allah juga berfirman:

“Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?.(Qs. Al-Mu’minun [23]:115)

Renungkan dua ayat diatas dengan jelas, mengingatkan agar kita tidak main-main dan selalu berbenah diri. Agar kelak di hari pertanggung jawaban (akhirat) kita tidak menjadi orang-orang yang menyesal.

Urgensi Muhasabah

Muhasabah (introspeksi) adalah masalah yang sangat penting, karena tanpa intropeksi jiwa manusia tidak akan menjadi baik. Dan ia adalah jalan yang di tempuh oleh orang-orang mukmin, ciri khas para ahli tauhid dan pertanda orang-orang yang khusu’. Bermuhasabah akan menuntun kita kearah taubat kepada Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (Qs. Al-A’raf [7]:201).

Beberapa hal yang menjadi alasan kenapa kita harus bermuhasabah (introspeksi) diri:
1. Karena ada kehidupan kekal setelah dunia Kita hidup bukan hanya sekedar hidup tetapi untuk yang Maha Hidup. Dan kita ada bukan hanya sebatas ada. Maka aturan main dalam hidup harus sesuai dengan aturan yang menciptakan hidup, Dialah Allah Swt.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Swt. Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al-
Hasyr [59]:18-19).

Ayat ini mengisyaratkan pentingnya memperhatikan apa yang sudah kita perbuat untuk kehidupan hari esok (akhirat). Artinya; apa yang kita lakukan di dunia ini semata-mata bukan untuk kepentingan sesaat, tetapi harus berorientasi pada kehidupan
yang abadi. Karena pada hakekatnya manusia diciptakan oleh Allah untuk sebuah kekekalan (akhirat), bukan untuk kesementaraan (dunia). Dan adapun dunia tempat kita hari ini, hanyalah persinggahan sebentar dalam perjalanan panjang menuju keabadian.

2. Karena adanya keharusan berserah diri sebelum datang azabPenyesalan selalu ada di belakang hari dan kita tidak akan bisa kembali seperti awal kita melangkah. Maka agar jangan timbul penyesalan dibelakang hari, ada baiknya kita ini bangunkan
kesadaran setelah sekian lama terlelap dalam keterlenaan dan kehinaan. Kembalilah kepada Allah, menyesalah, beristighfarlah, bertaubatlah:

 “Dan Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). QS. Az- Zumar [39]:54).

Dunia adalah tempat mengumpulkan bekal dan akhirat adalah tempat menerima balasan.

3. Karena segala amalan akan di perlihatkan Oleh Allah Jika kehidupan kita seperti hewan, bersalah sebanyak apapun tidak di catat sebagai dosa. Maka bolehlah kita melakukan apa saja yang kita mau. Tetapi ketahuilah, kita baru niat saja Allah
sudah tahu, apalagi berbuat. Dan repotnya lagi segala perbuatan kita kelak akan diperlihatkan oleh Allah di hari pembalasan, bahkan waktu itu kita sudah melupakannya. Perhatikan ayat-ayat Allah yang merupakan kebenaran pasti tentang tersingkapnya semua perbuatan kita di hari pembalasan nanti:

“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, Padahal mereka telah melupakannya. dan Allah Maha menyaksikan segala
sesuatu. QS. Al-Mujadilah [58]: 6.

“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. QS. Al-Zalzalah [99]: 6-8.

“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). QS. Al-Baqarah [2];281.

“ Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang juapun”. QS. Al-Kahfi [18];49

4. Karena adanya peringatan Allah akan siksa-Nya Salah satu fungsi al-quran adalah memberi peringatan (Nadziro), disamping memberi kabar gembira (Basyiro). Peringatan
untuk orang-orang yang durhaka, mereka akan mendapatkan azab dan neraka adalah sebagai tempat kediamannya. Juga kabar gembira buat orang-orang yang beriman dan bertaqwa bahwa mereka akan mendapat kesenangan, dan surga adalah balasannya.

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hambaNya. Qs. Ali Imran [3]; 30.

“Adapun orang yang melampaui batas, Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya
syurgalah tempat tinggal (nya). Qs. An-Naazi’aat [79];37

Oleh: Ustad. Anwar Anshori Mahdum

Rabu, 21 Desember 2011


Lima Keutamaan Bulan Muharram

oleh Tim Kajian Dakwah Al Hikmah
Bulan Muharram termasuk bulan yang istimewa. Banyak dalil yang menunjukkan  bahwa Allah dan rasul-Nya memuliakan bulan Muharram, di antaranya adalah:

1. Termasuk Empat Bulan Haram (suci)

Allah berfirman,

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus..” (QS. At-Taubah: 36)

Keterangan:
a. Yang dimaksud empat bulan haram adalah bulan Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram (tiga bulan ini berurutan), dan Rajab.

b. Disebut bulan haram, karena bulan ini dimuliakan masyarakat Arab, sejak zaman jahiliyah sampai zaman Islam. Pada bulan-bulan haram tidak boleh ada peperangan.

c. Az-Zuhri mengatakan,

“Dulu para sahabat menghormati syahrul hurum” (HR. Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf, no.17301).

2.  Dari Abu Bakrah radhiallahu‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

3.  Dinamakan Syahrullah (Bulan Allah) Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)

Keterangan:

a. Imam An Nawawi mengatakan, “Hadis ini menunjukkan bahwa Muharram adalah bulan yang paling mulia untuk melaksanakan puasa sunnah.” (Syarah Shahih Muslim, 8:55)

b. As-Suyuthi mengatakan, Dinamakan syahrullah –sementara bulan yang lain tidak mendapat gelar ini– karena nama bulan ini “Al-Muharram” nama nama islami. Berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah. Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan nama Shafar Awwal. Kemudian ketika Islam datanng, Allah ganti nama bulan ini dengan Al-Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah). (Syarh Suyuthi ‘Ala shahih Muslim, 3:252)

c. Bulan ini juga sering dinamakan: Syahrullah Al Asham  (Bulan Allah yang Sunyi). Dinamakan demikian, karena sangat terhormatnya bulan ini (Lathaif al-Ma’arif, Hal. 34). karena itu, tidak boleh ada sedikitpun friksi dan konflik di bulan ini.

4.  Ada satu hari yang sangat dimuliakan oleh para umat beragama. Hari itu adalah hari Asyura’. Orang Yahudi memuliakan hari ini, karena hari Asyura’ adalah hari kemenangan Musa bersama Bani Israil dari penjajahan Fir’aun dan bala tentaranya. Dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhuma, beliau menceritakan,

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’. Beliau bertanya, “Hari apa ini?” Mereka menjawab, “Hari yang baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga Musa-pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah. Akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami (kaum muslimin) lebih layak menghormati Musa dari pada kalian.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. (HR. Al Bukhari)

5.  Para ulama menyatakan bahwa bulan Muharram adalah adalah bulan yang paling mulia setelah Ramadhan Hasan Al-Bashri mengatakan,

Allah membuka awal tahun dengan bulan haram (Muharram) dan menjadikan akhir tahun dengan bulan haram (Dzulhijjah). Tidak ada bulan dalam setahun, setelah bulan Ramadhan, yang lebih mulia di sisi Allah dari pada bulan Muharram. Dulu bulan ini dinamakan Syahrullah Al-Asham (bulan Allah yang sunyi), karena sangat mulianya bulan ini. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 34)

Allahu a’lam

SHODAQOH "sebuah pintu keberkahan"


SHADAQAH "SEBUAH PINTU KEBERKAHAN"

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit…..(QS Ali-Imran (3):133-134).

Dalam khazanah terminology Islam, ada beberapa sebutan yang berkaitan dengan pemberian. Yang banyak digunakan oleh umat Islam diantaranya zakat, infaq dan shadaqah. Ada model lain dari pemberian tersebut seperti wakaf, fidyah, hadiah, dan jizyah. Semua berkaitan dengan sesuatu yang dikeluarkan/diberikan dari pemilik kepada penerima. Masing-masing istilah tersebut biasanya memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Zakat digunakan bagi pemberian yang hukumnya wajib dengan kadar dan waktu tertentu dan pemberi serta penerimanya juga tertentu, infaq digunakan pada bentuk pemberian berupa materi tertentu baik jenis ataupun jumlahnya. Sedangkan wakaf lebih umum digunakan untuk pemberian yang bersifat benda yang bisa digunakan selamanya dan seterusnya. Dari sekian banyak istilah yang ada, maka shadaqah adalah istilah yang paling universal dan fleksibel. Artinya bentuk pemberian apapun baik berupa materi atau bukan, baik jenis tertentu atau jenis lain, baik bersifat sementara atau kekal, dan siapa pun penerimanya semuanya bisa menggunakan istilah shadaqah. Tentu saja semuanya harus dilakukan atas dasar keimanan kepada Allah semata. Tidaklah dikatakan shadaqah pemberian dari orang-orang yang tidak beriman atau dari golongan non-muslim. Sebesar apapun yang mereka berikan, tidak ada nilainya sama sekali di sisi Allah swt.

Jadi, kalau kita memperhatikan istilah-istilah tersebut maka shadaqah adalah amal yang bisa dilakukan oleh siapa pun, kapan pun dalam bentuk apa pun. Allah menggunakan kata shadaqah untuk zakat, Rasulullah saw menggunakan kata shadaqah untuk wakaf dan untuk pemberian yang berupa non-materi dll. Namun dalam perjalanan makna bahasanya, khususnya untuk orang Indonesia, shadaqah sering dipersempit artikan dengan pemberian yang jumlahnya kecil atau bahkan sesuatu yang sudah tidak berharga.

Mengapa shadaqah memiliki makna yang sedemikian luas ? Kalau kita perhatikan, shadaqah memiliki akar kata yang sama dengan shiddiq yang artinya benar/jujur. Dengan demikian segala sesuatu yang dilakukan dengan benar, atau bentuk pemberian apapun yang dilakukan dengan benar/jujur maka bisa disebut dengan shadaqah. Kalau kaitannya dengan materi/harta maka shadaqah adalah amal berupa shidqul-maal yaitu benar dalam memperoleh dan membelanjakan harta. Dan hanya amal inilah yang bisa menyelamatkannya dihadapan pengadilan Allah SWT ketika Allah menanyakan darimana diperoleh harta itu dan kemana dibelanjakannya.

Hubungan Shodaqah dengan Keimanan

Ketika kita membaca sejarah Nabi dan para sahabatnya, maka kita bisa melihat dengan jelas bagaimana hubungan antara amal shadaqah dengan tingkat keimanan seseorang. Tidak ada satu pun diantara para sahabat yang bisa menandingi kualitas shadaqah Abu Bakar r.a. Keimanan Abu Bakar yang demikian tinggi, mampu mendorongnya untuk men-shadaqah-kan semua hartanya yang ia miliki, dimana hal ini tidak bisa dilakukan oleh Umar ra atau Utsman ra atau yang lainnya . Dalam hal ini Rasulullah tidak memandang berapa besar shadaqah yang diberikan Abu Bakar. Meskipun mungkin saja jumlah harta Abu Bakar masih lebih sedikit dibandingkan jumlah sepertiga harta Utsman. Dalam hal ini, Rasulullah menyebutkan sebuah alasan yang melatarbelakangi amal shaleh Abu Bakar tersebut yaitu bahwa kalaulah iman seluruh para sahabat ditimbang dengan iman seorang Abu Bakar ra, niscaya masih lebih berat imannya Abu Bakar.

Jadi, keimanan seorang muslim sangat menentukan kualitas shadaqah yang dia lakukan. Bukan saja dalam masalah besaran dan jumlah shadaqahnya, tetapi berupaya agar shadaqah yang dilakukannya tidak sia-sia. Berkaitan dengan tingkatan manusia dalam bershadaqah, mari kita simak sebuah hadits berikut :

Abu Kabsyah (Amru) bin Sa’ad Al-Anmary r.a telah mendengar Rasulullah saw bersabda : Tiga orang saya akan ceritakan kepadamu dan saya bersumpah kepadamu, ingatlah cerita ini.
  1. Tiada akan berkurang harta seseorang karena bershadaqah.
  2. Dan tiada seorang yang dianiaya maka ia tetap bersabar, melainkan ditambah kemuliaannya oleh Allah.
  3. Dan tiada seorang yang membuka pintu minta-minta melainkan Allah membukakan baginya pintu kemiskinan.
Kini saya akan bercerita kepadamu maka ingatlah cerita ini : Sesungguhnya dunia ini hanya untuk empat macam orang.
  1. Seorang yang diberi rizqi harta dan ilmu maka  ia pergunakan untuk bertaqwa dan menghubungi sanak keluarga dan mengenal hak Allah di dalamnya (dibayarkan zakatnya dan dipergunakan untuk kebaikan), maka orang ini dalam tingkat yang tertinggi.
  2. Seorang yang diberi ilmu tetapi tidak berharta maka dengan niat yang sungguh-sungguh ia berkata : Kalau saya diberi harta pasti saya akan beramal sebagaimana si fulan, maka ia mendapat pahala niatnya dan pahala kedua orang itu tidak berbeda.
  3. Seorang hamba yang diberi kekayaan tetapi tidak bertaqwa dan tidak dipergunakan untuk menghubungi sanak keluarga juga tidak mengenal hak Allah di dalamnya, maka orang ini ada pada sejahat-jahat tempat.
  4. Seorang yang tiada diberi harta dan tiada berilmu, lalu ia berkata:  Andaikan saya mempunyai harta niscaya saya akan berbuat sebagaimana kelakuan si fulan, maka ia berhasil dengan niatnya, nilai timbangan keduanya sama tidak berbeda.
 (HR At-Tirmidzy) (Dari Kitab Riyadhusshalihin)

Shadaqah yang Barokah

Dari uraian diatas, bisa kita katakan bahwa shadaqah adalah salah satu model pengamalan tertinggi dari keimanan seseorang. Sehingga setiap mukmin niscaya berharap bahwa Allah SWT menerima shadaqahnya tersebut. Tentu saja hal ini sangat bergantung dengan tujuan serta adab-adab dalam shadaqah. Bisa jadi pemberian seseorang yang dia katakan shadaqah tertolak di sisi Allah SWT. Maka hendaklah kita menjaga hal-hal berikut setiap kita memberikan shadaqah dalam bentuk apapun :

1.      Selalu menjaga niat ikhlas.
Inilah syarat utama keberkahan dalam shadaqah. Pada hakikatnya, seluruh harta yang ada pada manusia adalah milik Allah SWT. Manusia hanya menerima titipan belaka. Maka niat ikhlas dalam bershadaqah merupakan kesadaran dalam mengembalikan titipan tersebut kepada pemiliknya. Allah berfirman :“…Dan janganlah kamu membelanjakan (shadaqah) sesuatu melainkan karena mencari keridhoan Allah SWT …” (QS Al-Baqarah (2) : 272).
2.      Bershadaqah dalam keadaan lapang maupun sempit.
Dengan karakter shadaqah yang fleksibel dan universal, maka seorang mukmin seharusnya mampu bershadaqah dalam setiap keadaan. Ketika diberi kelapangan harta, maka perbanyaklah shadaqah dan wara’ dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dan ketika sedang dalam kesempitan harta, maka tetaplah bershadaqah semampunya, kalaupun tidak ada lagi yang bisa dishadaqahkan, maka senyum pun bisa menjadi shadaqah bahkan setiap ucapan tasbih, tahmid, tahlil dan takbir pun bisa menjadi shadaqah. Allah berfirman :
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun
sempit…..(QS Ali-Imraan (3):133).
3.      Bershadaqah dengan harta yang halal dan baik.
Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik saja. Shadaqah bukanlah membuang sampah atau barang yang tidak kita sukai. Shadaqah bukanlah legitimasi harta yang haram supaya menjadi halal. Harta hasil korupsi tetap haram meskipun dia bershadaqah untuk fakir miskin atau untuk pembangunan masjid dll. Allah berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, bershodaqohlah kalian dengan yang baik-baik (thoyyib) dari apa yang kamu hasilkan dan dari apa yang Kami keluarkan untukmu dari bumi. Dan janganlah memilih yang busuk untuk kamu shadaqahkan.” (QS Al-Baqarah (20 :267)
4.      Shadaqah dengan rahasia.
Memang dibolehkan untuk bershadaqah secara terang-terangan, tetapi hanya sedikit orang yang mampu menjaganya dari riya ketika melakukannya. Bershadaqah dengan rahasia bisa lebih memudahkan pelakunya terhindar dari riya. Bahkan baginya jaminan perlindungan dari Allah ketika tidak perlindungan selain perlindungan-Nya. Rasulullah saw bersabda : “ Tujuh golongan yang mendapat naungan dimana tiada naungan selain naungan Allah :….Seseorang yang bershadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan oleh tangan kanannya…..(HR Bukhari Muslim)
5.      Tidak berbuat atau berkata-kata yang menyakitkan ketika bershadaqah
Seseorang yang melakukan hal ini niscaya shadaqahnya hanya karena riya’. Tidak mungkin seseorang yang ikhlas mampu melakukan perbuatan atau perkataan yang menyakiti orang yang diberinya. Keikhlasannya dalan bershadaqah akan menjaganya agar apa yang diberinya mampu menggembirakan yang menerima, baik pemberian yang banyak ataupun pemberian yang sedikit. Bahkan Siti Aisyah ra pernah mengatakan bahwa hendaklah kita membalas mendoakan dengan doa yang sama yang diucapkan oleh orang yang kita beri shadaqah, agar keberkahan dari shadaqah yang kita berikan tidak berkurang baik bagi kita ataupun bagi si penerima. Allah berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)…” (QS Al-Baqarah (2) :264).

Dengan menjaga hal-hal tersebut, Insya Allah shadaqah yang kita tunaikan menjadi pintu keberkahan bagi kita. Negeri kita yang sedang diterpa berbagai musibah di berbagai tempat, bisa menjadi ladang keberkahan bagi negeri ketika dipenuhi dengan amal shadaqah yang baik dan benar.
Wallohu  a’lam.
Abu Fatiya

Selasa, 20 Desember 2011

MESIN PENCUCI DOSA


MESIN PENCUCI DOSA
Sejak diciptakannya manusia pertama Adam (AS) kehidupan ini sudah terkotori dengan perbuatan dosa. Nabi Adam  ketika berada di dalam surga bersama isteri tercintanya Hawa telah melakukan kesalahan yang disebabkan dengan rayuan maut iblis sehingga ia memakan buah terlarang yang disebut buah khuldi. Kesalahan yang dilakukan mereka berdua telah membuatnya terusir dari surga dan berpisah dalam kurun waktu yang cukup panjang. Adam terusir ke dataran India di dekat gunung Sylon (Srilanka), sedangkan Hawa terdampar di dataran jazirah Arab. Kisah kesalahan dua insan tersebut Allah sinyalir dalam Al-Qur’an:
 “Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."  Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.(Q.S.Al-Baqarah:36-37)
            Sejak ditetapkan perbuatan dosa manusia yang diawali dengan manusia pertama, Allah telah menetapkan kewajiban taubat bagi seluruh hamba-Nya yang beriman. Dosa dengan segala bentuknya terus berkembang, dari dosa kecil hingga dosa besar. Di dalam Hadits macam-macam dosa disebutkan oleh Rasulullah secara general. Manusia menurut Hadits berikut ini adalah makhluk Allah yang selalu melakukan perbuatan dosa. Beliau bersabda: “Seluruh anak cucu Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang selalu taubat”. (HR.Turmuzi)
            Untuk menghapus segala dosa, Allah SWT. memberikan peluang waktu bagi para hamba-Nya untuk bertaubat pada dua waktu, yakni siang dan malam. Allah membeberkan tangan-Nya di waktu malam untuk memberikan kesempatan bagi para pendosa yang bermaksiat di waktu siang, dan membeberkan tangan-Nya di waktu siang untuk memberikan kesempatan bagi para pendosa yang melakukan kesalahan di waktu malam. Seperti itulah kondisi terus berjalan sampai matahari terbit dari arah barat sebagai pertanda kiamat sudah sangat dekat.
            Dengan demikian bertaubat adalah merupakan the only gateway untuk menghapus dosa, dan untuk mengembalikan kondisi jiwa yang kotor menjadi jiwa yang suci. Taubat adalah langkah awal untuk menjadi orang baik yang selanjutnya dimaintin dengan amal-amal shaleh yang bersifat kongkret. Kesungguhan dan keikhlasan dalam bertaubat merupakan hal yang Allah minta untuk dipenuhi agar mendapatkan kesucian jiwa secara murni.
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."(QS. Attahrim:8)
                Bentuk taubat yang bisa diterima oleh Allah hanyalah taubat yang disebut dengan “Taubatan Nashuha”,yakni taubat yang telah memenuhi syarat-syaratnya. Para ulama Islam telah sepakat bahwa taubat yang diterima oleh Allah adalah taubat yang diikuti dengan penyesalan, pengakuan bahwa hal itu merupakan perbuatan dosa, tidak mengulangi lagi di masa yang akan datang, dan mengembalikan segala bentuk kezaliman kepada orang yang bersangkutan . Adapun sarana yang Allah berikan kepada hamba-Nya untuk menjaga keutuhan taubat tersebut tersedia dalam bentuk sarana yang berbeda-beda. Tentu, hal ini merupakan sifat kasih saying Allah kepada manusia untuk memanfaatkan peluang ampunan dosa tersebut. Di antara sarana yang bisa menghapus dosa-dosa manusia ialah:
1.       Ibadah
Ibadah yang sesungguhnya adalah pengabdian seorang hamba kepada Allah yang dilakukan dengan penuh penghinaan diri dan kecintaan yang tulus. Imam Ibn Taymia (ra.) menjelaskan bahwa ibadah yang menghasilkan pahala adalah ibadah yang dilakukan dengan rasa cinta dan ikhlas, serta menghambakan diri di hadapan yang Maha Kuasa. Allah SWT. telah menyediakan sarana ibadah yang bersifat harian seperti shalat lima waktu yang dilakukan secara rutin dalam hitungan jam. Di dalam hadits, Rasulullah mengilustrasikan fungsi shalat lima waktu bagaikan sebuah sungai yang jernih di mana orang  yang tinggal di dekatnya bisa mandi lima kali. Beliau bersabda: “Perumpamaan shalat lima waktu bagaikan sungai yang jernih yang di tepinya tingal seseorang di sebuah rumah. Di sungai itu dia bisa mandi sebanyak lima kali setiap harinya”.,Rasul bertanya kepada para sahabat, “apakah ada sisa kotoran di badan orang tersebut?”\, mereka menjawab: “tidak ada kotoran sedikitpun wahai rasulullah”. Beliau bersabda: “begitu kondisi shalat lima waktu, ia bisa menghapus dosa-dosa manusia”. (HR. Muslim)
Di samping itu ada ibadah yang bersifat pekanan seperti shalat jum’at, puasa senin kamis yang juga dijadikan sebagai sarana untuk menghapus dosa. Pada setiap hari jum’at Allah menyediakan enam ratus ribu kuota dari hambanya untuk mendapatkan pembebasan dari siksa api neraka. Puasa senin dan kamis merupakan waktu diangkatnya amalan seorang hamba, dan alangkah baiknya seorang hamba itu ketika diangkat amal kebaikannya ke langit ia dalam keadaan puasa.
Selain ibadah yang bersifat harian dan pekanan ada juga ibadah yang bersifat musiman seperti puasa Ramadan, puasa di bulan Syawal, puasa di bulan haji, puasa di bulan Muharram dan dua shalat Ied. Semua bentuk ibadah tersebut Allah jadikan sebagai mesin pencuci dosa. Allah juga melengkapi dengan bentuk ibadah yang sifatnya seumur hidup sekali seperti haji dan umroh. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah SAW. bersabda: “barangsiapa yang melakukan ibadah haji, kemudian tidak berkata kotor dan tidak berbuat fasik, maka ia akan kembali ke kampung asalnya bagaikan seorang bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya”. (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam hadits lain beliau bersabda:
“Tidak ada balasan bagi haji mabrur di sisi Allah kecuali surga”. (HR.Bukhari Muslim)
2.       DAKWAH DAN JIHAD
Dakwah merupakan upaya mengajak orang lain ke jalan Allah SWT secara kaffah dan komprehensif. Perbuatan ini terbilang ibadah yang mampu menambah amal kebaikan dan menghapus dosa. Langkah demi langkah yang diayunkan oleh para duat dalam aktivitas dakwah memiliki hitungan pahala di sisi-Nya. Ketika rasulullah SAW. ingin menakalukan Khaibar beliau meminta Sayyidina Ali untuk membawa panji Islam. Dengan perjalanan yang cukup jauh sayyidina Ali bertanya, “ya rasulullah untuk apa kita memerangi mereka?”. Rasul menjawab, “kita perangi mereka sampai mereka mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai utusan-Nya, Demi Allah wahai Ali satu orang yang mendapatkan hidayah Allah dengan sebabmu, Allah akan memberikan kepadamu dengan sesuatu yang lebih baik dari pada dunia dan seisinya”. Dalam riwayat lain, “lebih baik dari unta berwarna merah (khumurun na’am) sebagai hewan tunggangan yang cukup mahal dan bergengsi di zama Rasul.
Dakwah yang di dalam al-Qur’an disebut berulang dengan kata perintah telah jelas tujuannya, iaitu untuk mengajak orang lain kepada Allah dengan mengimaninya sebagai Tuhan satu-satunya, dan Ia telah mengutus seorang Rasul untuk memberikan kabar gembira (surga) dan peringatan yang pedih (neraka). Bukan hanya sekedar pahala, akan tetapi dengan dakwah kehidupan seseorang mendapatkan ketenangan, dan dihindari dari segala musibah.
3.       KERJA SOSIAL
Islam adalah agama yang menentang kehidupan yang bersifat individualis. Sejak awal munculnya, Islam sudah menanamkan jiwa sosial kepada para pengikutnya, dan saling menjaga ukhuwah islamiyah. Oleh karena itu, para ulama membagi Ibadah kepada dua kategori; ibadah murni (ibadah mahdhah) seperti shalat, puasa, haji dan zakat. Ibadah sosial (ghairu Mahdhah), iaitu berupa kebaikan yang dilakuakn seorang Muslim terhadap orang lain dengan cara membantu orang-orang yang tidak mampu, para janda dan juga anak-anak yatim.
Dalam sebuah hadits Rasul SAW. bersabda:
“Barangsiapa yang meringankan beban seorang mukmin di dunia ini, Allah akan meringankan bebannya di hari kiamat”. (HR.Muslim).
Dalam hadits lain beliau bersabda:
“Orang yang membantu seorang janda atau  seorangmiskin  bagaikan orang yang berjihad di jalan Allah yang diikuti dengan shalat malam pada malam harinya  dan puasa sunnah di waktu siangnya”. (HR.Muslim).
                Dari dua hadits di atas betapa tinggginya nilai ibadah sosial sehingga ia bisa dikatakan sebgai sarana pencuci dosa. Ibadah sosial terbuka bagi seorang Muslim kapan saja dan di mana saja. Maka tanpa diragukan bahwa membantu orang miskin, menyantuni yatim dan para janda memiliki imbalan yang besar di sisi Allah SWT.
4.       MUSIBAH DAN COBAAN
    Tidak ada satupun di antara  manusia yang terlahir ke dunia ini, dan mengenyam kehidupan duniawi yang yang cukup panjang melainkan ia telah menerima cobaan dari Allah SWT. Cobaan dan musibah bisa didapat oleh manusia melalui adanya rasa takut dalam diri, kelaparan, hilangnya harta dan jiwa, dan kurangnya makanan dan buah-buahan. Di dalam al-Qur’an Allah SWT. Berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah:155)



Di dalam hadits Rasulullah SAW. bersabda: “sesungguhnya Allah SWT apabila mencintai suatu masyarakat, maka Ia pasti mengujinya dengan cobaan, apabila manusia itu menerima cobaan tersebut dengan ridha, maka baginya ridha Allah, dan apabila ia mengeluh maka baginya murka Allah”. (HR.Turmuzi)
                Dengan demikian, sangat jelas dari paparan di atas bahwa musibah dan cobaan yang ditimpahkan oleh Allah kepada seorang Muslim merupakan sarana untuk menghapus dosa. Asalkan orang tersebut ikhlas dalam menerima cobaan, tanpa ada keluh kesah apalagi sampai putus asa. Tentu, hal yang paling berat dalam kehidupan manusia di dunia ini adalah bagaimana bisa berlapang dada ketika dalam kondisi sempit dan sulit. Dan orang yang ridha kepada ketetapan Allah yang sifatnya tidak menguntungkan baginya adalah merupakan barometer takwa yang sesungguhnya.
Wallahu’alam Bishowab!
DR.Ayub Rohadi,M.Phil.